Kabar Bima

Aktivis Kampus ‘Mengamuk’ di STKIP Taman Siswa

255
×

Aktivis Kampus ‘Mengamuk’ di STKIP Taman Siswa

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.– Sejumlah aktivis mahasiswa organisasi ektra kampus ‘mengamuk’ di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima, Rabu (18/09/13). Para aktivis gabungan beberapa organisasi mahasiswa nasional itu mengamuk, lantaran ada kebijakan baru lembaga kampus setempat terkait keberadaan organisasi ekstra yang melarang beraktivitas di dalam area kampus.

Unjuk rasa mahasiswa STKIP Taman Siswa
Mahasiswa STKIP Taman Siswa membakar ban bekas dalam unjukrasa Rabu (18/9/2013).

Selain itu, adanya kebijakan beberapa dosen yang melarang mahasiswa ikut organisasi, karena dianggap dapat mengurangi persentase kehadiran mahasiswa di dalam kampus.

Aktivis Kampus 'Mengamuk' di STKIP Taman Siswa - Kabar Harian Bima

Pantauan Kahaba, dalam aksinya, aktivis LMND, SMI dan beberapa organisasi ekstra kampus lainnya tersebut berusaha membubarkan aktivitas perkuliahan. Tiga Satpam STKIP Taman Siswa berusaha menghalangi, namun karena kalah jumlah para aktivis berhasil menerobos masuk ruangan kelas dan membubarkan aktivitas perkuliahan yang sedang berlangsung.

Mahasiswi yang ada dalam ruangan berteriak histeris dan ketakutan saat belasan aktivis masuk dan mengusir seluruh mahasiswa dan dosen yang ada. Setelah semua ruangan telah dikosongkan, pintu ruangan perkuliahan disegel para aktivis menggunakan kursi dan tali yang diikat pada pintu ruangan.

Tidak ada perlawanan dari Satpam kampus. Mahasiswa dan dosen hanya pasrah saja melihat penyegelan itu dan akhirnya terlantar di depan ruangan kelas.

Setelah para aktivis berorasi cukup lama, Ketua Yayasan Taman Siswa Bima, Drs. H. Sudirman, akhirnya menemui mereka. Dalam pertemuan itu, aktivis mahasiswa meminta klarifikasi Ketua Yayasan terkait beberapa hal. Yakni keberadaan bangunan Bank Syariah Mandiri (BSM) yang dibangun di depan kampus dan menggunakan anggaran kampus. Kemudian terkait larangan aktivitas organisasi ekstra kampus di dalam kampus, dan terkait dosen yang dinilai otoriter dan subjektif.

Mengelarifikasi hal itu, Sudirman menjelaskan, pada beberapa kampus yang sudah maju, keberadaan bank di lingkungan kampus mutlak diperlukan demi mendekatkan pelayanan terhadap mahasiswa sebagai nasabahnya.

Terkait larangan aktivitas organisasi ekternal di dalam area kampus, diakuinya itu sudah menjadi aturan Pendidikan Tinggi (Dikti). Begitu pun dengan kehadiran mahasiswa, katanya, merupakan salah satu faktor penentu dalam penilaian. “Jadi, tidak ada dosen yang otoriter, yang ada adalah mahasiswa arogan yang sering menghujat dosen, bahkan saya juga sering dihujat,” tandas Sudirman.

Sudirman menyesali aksi sejumlah mahasiswa yang sering merugikan mahasiswa lainnya. Ia bahkan berencana untuk memanggil orangtua mahasiswa, untuk memberitahukan aktivitas anak mereka yang dia nilai merugikan orang lain. “Bayangkan jika harus menghentikan aktivitas perkuliahan seperti ini, kasihan mahasiswa lain. Nanti akan saya panggil orang tua mereka,” pungkasnya.

Kendati tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari ketua yayasan, para aktivis organisasi ekstra kampus itu pun mengakhiri aksi mereka. [C]