Kabar Bima

‘Premanisme’ Terhadap Jurnalis Disesalkan

229
×

‘Premanisme’ Terhadap Jurnalis Disesalkan

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.– Tindakan tak bersahabat oknum aparat Kepolisian Resort (Polres) terhadap sejumlah wartawan saat meliput aksi demonstrasi mahasiswa STKIP Taman Siswa di DPRD Kabupaten Bima, Senin (30/09/13) lalu, disesalkan sejumlah elemen. Termasuk anggota DPRD Kota Bima, Anwar Arman, SE.

Wartawan berkumpul sesaat bentrok terjadi. Foto: Gus
Wartawan berkumpul sesaat bentrok terjadi. Foto: Gus

Atas nama lembaga wakil rakyat, duta Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bima itu mengecam tindakan oknum aparat yang tak beda dengan sikap premanisme tersebut. Menurutnya, tindakan premanisme yang ditunjukkan oknum aparat Kepolisian saat menghalangi, memukul, dan mengancam wartawan yang sedang meliput aksi bentrok massa, tidak mesti dilakukan. Aparat mestinya bisa bersikap profesional dengan tugas pengamanan yang diemban.

‘Premanisme’ Terhadap Jurnalis Disesalkan - Kabar Harian Bima

Mantan wartawan senior ini menyesalkan sikap premanisme yang dilakukan oknum Kepolisian terhadap pekerja media. wartawan yang melaksanakan tugas jurnalistik di lapangan, tidak boleh dihalang-halangi, apalagi dipukul dan diancam. “Wartawan itu bertugas demi kepentingan daerah. Bukan kepentingan mereka sendiri,” tandas Anwar di DPRD Kota Bima, Selasa (01/09/13).

Menurutnya, ada cara-cara yang lebih elegan yang bisa dilakukan aparat Kepolisian. Pada prinsipnya, apapun jenis peristiwa dan kejadian, aparat tidak boleh melarang wartawan untuk meliput dan memberitakan kepada publik. “Polisi tidak boleh menghalang-halangi hak publik untuk mengetahui peristiwa dan kejadian, wartawan pun demikian. Apapun peristiwa yang terjadi, jika itu bernilai berita, maka wartawan harus mengabarkannya dan tak ada yang boleh menghalanginya,” tegasnya.

Jika melihat pemberitaan mengenai hal itu, katanya, aparat Kepolisian memiliki kewenangan untuk mengamankan aksi brutal massa yang merobohkan gerbang DPRD Kabupaten Bima. Namun, situasi yang sudah kadung terjadi tersebut, akan menjadi berita menarik yang tidak boleh dilewatkan oleh pekerja media, dan itu harus di liput. “Saat wartawan mengambil gambar atau meliput, mestinya Polisi bersikap profesional dan paham akan tugasnya. Polisi hanya mengamankan situasi, bukan mengamankan wartawan yang meliput,” katanya.

Saat insiden kericuhan seperti itu, Anwar juga mengingatkan wartawan untuk menjaga jarak. Tidak mengambil posisi yang terlalu dekat, karena dapat membahayakan diri sendiri. Untuk mendapatkan gambar yang bagus, wartawan juga bisa menjaga jarak. “Wartawan juga harus memikirkan keselamatan diri dan perangkat liputan yang ada,” ingatnya. Agar persoalan serupa tidak terjadi lagi, sangat perlu dilakukan pertemuan antara dua belah pihak (wartawan dan aparat Kepolisian). Membahas dan mengurai tentang fungsi dan tugas, agar di lapangan bisa saling menjaga dan menghargai profesionalitas kerja. [BM]