Kabar Bima

Aparat Represif, Sejumlah Pendemo Terluka dan Diamankan

242
×

Aparat Represif, Sejumlah Pendemo Terluka dan Diamankan

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima,  Kahaba.- Ratusan anggota Himpunan Mahasiswa Donggo dan Soromandi (Himdos) Bima, bentrok dengan aparat Kepolisian Resort (Polres) Bima Kota.  Bentrokan terjadi di depan DPRD Kabupaten Bima saat Himdos menggelar unjukrasa, Rabu (30/10/13). Seorang anggota Himdos diamankan aparat dalam bentokan itu dan beberapa diantaranya mengalami luka-luka.

Suasana saat aparat Kepolisian membubar paksa aksi Himdos di DPRD Kabupaten Bima. Foto: Bin
Suasana saat aparat Kepolisian membubar paksa aksi Himdos di DPRD Kabupaten Bima. Foto: BIN

Bentrokkan dipicu saat masa Himdos berada di depan pintu gerbang DPRD Kabupaten Bima. Dari keterangan sumber, tiba-tiba ada lemparan batu yang mengarah ke polisi di dalam gedung DPRD. Batu itu pun tak diketahui dari mana datangnya.

Aparat Represif, Sejumlah Pendemo Terluka dan Diamankan - Kabar Harian Bima

“Seketika itu pun polisi menggeser pintu gerbang dan memukul, menganiaya serta menembakkan gas air mata dan menyemprot air dengan mobil water canon ke arah mobil dan para demonstran,” ceritanya.

Sebelumnya, Koordinator Himdos, Sadamullah menyampaikan orasi dan meminta Ketua DPRD, Bupati Bima, Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Bappeda Kabupaten Bima, hadir menemui pendemo.

Tiga wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Satu yakni H. Mustahid H. Kako, Guntur, dan Baharuddin hendak menemui pendemo untuk menanggapi tuntutannya. Namun, kedatangan ketiganya ditolak oleh pendemo karena mereka meminta empat unsur tersebut yang harus hadir.

Permintaan pendemo itu tidak bisa dipenuhi. Saat orasi dan masa maju selangkah ke depan pintu gerbang, aparat Kepolisian yang sejak awal mengawal jalannya aksi, dengan alasan ada batu yang mengarah ke petugas tiba-tiba mendorong pintu dan membubarkan pendemo secara paksa. Bentrok pun pecah, kedua kubu mengalami korban luka-luka.

Akibat bentrokan itu, belasan anggota pendemo terluka. Emnpat diantaranya luka bocor pada bagian kepala dan seorang patah tulang pada bagian lengan. Sementara belasan lainnya mengalami luka ringan. Dan seorang mahasiswi mengalami lebam dan bengkak di bagian wajahnya. Sedangkan dikubu aparat, satu mengalami luka bocor pada bagian kepala.

Dari pantauan Kahaba, saat pembubaran paksa, berulang kali Polisi melepaskan tembakan gas air mata ke arah pendemo. Selain itu, aparat memukul pendemo sampai berdarah. Enam pendemo dilarikan ke RSUD Bima karena mengalami pendarahan serius di bagian kepala. Mereka adalah Fahlan, Budiman, Rusdin, Wahyudin, dan Habibi (korban yang mengalami patah lengan). Korban perempuan bernama Aidah mengalami luka lebam dan bengkak di pipinya.

Bentrokan berakhir, beberapa petinggi Polres Bima Kota yang ikut mengamankan jalannya aksi menenangkan anggotanya.  Ketegangan pendemo dan Polisi pun mereda. Pendemo lantas melanjutkan aksinya dan menduduki jalan Gatot Subroto, depan gedung DPRD Kabupaten Bima.

Mereka menuntut DPRD Kabupaten Bima segera mendesak Gubenur NTB dan Bupati Bima, untuk melanjutkan pengerjaan pembangunan jalan Lingkar Utara di Kecamatan Soromandi. Hingga saat ini, akses jalan tersebut belum mendapat perhatian pemerintah.

Ketua DPRD, Drs. H. Muhdar Arsyad, didampingi Wakil Ketua, Adi Mahyudi, SE, dan tiga Anggota Dewan lainnya baru ke luar menemui pendemo setelah setelah suasana tegang mereda. Dalam tanggapannya, Muhdar menyampaikan kesiapan untuk menindaklanjuti tuntutan mahasiswa. “Aspirasi ini akan kami tindaklanjut dengan baik,” kata Ketua DPRD, Muchdar

Dia mengatakan, kewenangan perbaikan jalan Lintas Soromandi merupakan tanggungjawab Pemerintah Provinsi NTB, sehingga harus diusulkan terlebih dahulu. Terkait permintaan pendemo untuk menggelar audiensi melibatkan empat unsur tersebut, Muhdar mengaku belum bisa memastikan karena terlebih dahulu akan berkoordinasi dengan mereka. “Kalau kami di Legislatif selalu siap, tapi tiga unsur lainnya tidak bisa kami pastikan siap sehingga harus ada koordinasi lebih dahulu,” jelas Muhdar.

Sementara itu, Humas Himdos, Akbar menilai, penjelasan Muhdar tak memuaskan. Setelah berlangsung negosiasi yang difasilitasi pihak keamanan, didapat kesimpulan agar digelar pertemuan dalam waktu tiga hari ke depan dengan unsur yang diminta. “Apabila itu tidak terjadi, pendemo mengancam akan memblokade jalan negara di dekat perbatasan Bima dan Dompu,” ujarnya.

Kata Dia, mungkin hari Sabtu (2 November 2013) pertemuan antara Himdos, Dinas PU, Bupati, DPRD dan Bappeda akan digelar dalam membahas masalah perbaikan jalan di Kecamatan Soromandi. “Jika kesimpulannya harus ke DPRD Propinsi dan Pemprov, Kami menginginkan agar pembahasan di Gubenuran, pihak Himdos pun dilibatkan,” katanya saat menggelar aksi lanjutan di depan Mapolres Bima Kota dengan tuntutan membebaskan seorang rekannya, Wahidin, yang diamankan petugas saat bentrok di depan kantor DPRD Kabupaten Bima, Rabu sore (30/10/13).

Himdo saat menggelar demontrasi di depan Mapolres Bima Kota, Rabu (30/10). Foto: AGUS
Himdo saat menggelar demontrasi di depan Mapolres Bima Kota, Rabu (30/10). Foto: AGUS

Dari pantauan Kahaba, negosiasi yang dilakukan antara tokoh paguyuban Donggo, H. Mustahid, Guntur dan Baharudin, dan wakil dari mahasiswa bersama Kapolres Bima Kota, AKBP Benny Basir akhirnya sepakat untuk berdamai. Biaya pengobatan para korban akan ditanggung pihak kepolisian dan aktivis Himdos, Wahidin, yang diamankan langsung dibebaskan.

Beberapa saat kemudian, ratusan mahasiswa asal kecamatan Donggo dan Soromandi pulang ke rumah masing-masing dan diantar dengan dua mobil angkutan milik kepolisian.

*SYARIF | BIN | AGUS