Kabar Bima

Qurais Apresiasi Toleransi dan Kerukunan di Bali

265
×

Qurais Apresiasi Toleransi dan Kerukunan di Bali

Sebarkan artikel ini

Catatan Perjalanan Kunjungan FKUB Kota Bima ke Bali (Bagian VI)

Propinsi Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang patut menjadi contoh potrer kerukunan hidup antar umat beragama. Hal itu menjadi modal daerah yang dijuluki “Paradise Island (Pulau Surga)” ini melaksanakan program pembangunan dengan baik. Sebab bagaimanapun, tanpa didukung suasana kondusif, mustahil dapat terlaksana program pembangunan yang dicanangkan pemerintah. (Baca. I Dewa Gede Ngurah : Sekali Berteman, Selamanya Bersaudara)

Qurais Apresiasi Toleransi dan Kerukunan di Bali - Kabar Harian Bima
Walikota Bima HM. Qurais H. Abidin saat pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Badung Bali, membahas soal kerukunan umat beragama. Foto: Erde
Walikota Bima HM. Qurais H. Abidin saat pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Badung Bali, membahas soal kerukunan umat beragama. Foto: Erde

Menurut Tokoh Agama Hindu, I Dewa Gede Ngurah, kunci membangun kerukunan di Bali adalah saling menghargai. Ketika terjadi perbedaan pandangan dalam menyikapi suatu persoalan, semua pemeluk agama ‘tidak mutlak-mutlakan’ dan fanatik mempertahankan pandangannya sendiri. Dengan demikian akan tercipta sikap toleransi.

Misalkan saja kata dia, ketika Hari Raya Nyepi umat Hindu di Bali. Beberapa kali perayaan bertepatan dengan hari Jum’at dan Hari Raya Idul Fitri. Bila umat Hindu memaksa agar tidak ada aktivitas apapun pada perayaan Nyepi sesuai dengan keyakinannya, maka umat Islam tidak akan bisa melaksanakan ibadah Shalat Jum’at dan Idul Fitri.

Namun karena ini negara Indonesia yang dibingkai dengan Bhineka Tunggal Ika, harus ada sikap saling toleransi. Karenanya, atas pendekatan bersama tokoh agama kedua perayaan hari besar Umat Hindu dan Islam tetap berjalan. Hanya saja, kepada umat Islam diharapkan agar mengurangi aktivitas berkendara dan menggunakan pengeras suara yang dapat mengganggu perayaan Nyepi umat Hindu.

“Begitupun ketika pelaksanaan ibadah agama lainnya, kita tidak bisa saling mutlak-mutlakan kalau ingin menciptakan kerukunan. Saya yakin, dengan begitu akan tercipta toleransi seperti sekarang ini,” akunya.

Pada kesempatan yang sama, Walikota Bima, HM Qurais H Abidin yang mendapatkan kesempatan memberikan pengantar, mengapresiasi kerja keras dan upaya menciptakan kerukunan yang dilakukan FKUB Bali. Diakuinya, FKUB Kota Bima tidak salah memilih daerah Bali untuk tempat belajar kerukunan hidup antar umat beragama. Sebab potret kerukunan seperti itulah yang diharapkan bisa diterapkan di Kota Bima.

“Kita harus belajar banyak tentang kerukunan di Bali, itulah mengapa kunjungan kedua ini kami agenda di Bali setelah sebelumnya Manado. Kami memulai kunjungan seperti ini sejak Tahun 2012 dan kalau umur panjang, berencana akan berkunjung ke Malaysia tahun depan,” ujar Walikota yang pernah menggarap usaha perminyakan di Bali ini.

Menurutnya, menerapkan sikap toleransi dan kerukunan di Kota Bima masih cukup sulit karena sebagian kelompok Agama Islam terkesan fanatik dan sulit menerima perbedaan. Hal-hal kecil saja bisa dikritik karena pemikiran yang kaku dalam memahami konteks agama. Seperti menyampaiakan salam bagi agama lain ketika membuka suatu kegiatan.

“Padahal saya dalam kapasitas sebagai pemerintah yang mewakili semua golongan dan menaungi semua agama di daerah. Dalam suatu kegiatan saya yakin tidak hanya muslim hadir, tetapi pasti ada yang beragama lain dan itu harus kita hargai juga,” kata orang nomor satu di Kota Bima ini.

Sementara itu, Ketua FKUB Kota Tangerang, Drs KH Amin Munawir, MA, mengatakan, koordinasi antar umat beragama haruslah terus terjalin dalam forum seperti ini. Manfaatnya sangat besar, seperti dirasakan Kota Tangerang. Meski hidup masyarakat heterogen dan majemuk, tetapi kerukunan tercipta dengan baik karena sikap toleran dan saling menghargai. (Bersambung)

 *Erde