Kabar Bima

Kebijakan Diskriminatif, Bisa Picu Tindakan Radikal

262
×

Kebijakan Diskriminatif, Bisa Picu Tindakan Radikal

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Akademisi STKIP Bima, Alfin Syahri menilai, gagasan dan tindakan radikal tidak hanya dipicu pemahaman keagamaan yang keliru, tetapi bisa disebabkan karena kebijakan pemerintah yang diskriminatif.

Akademisi STKIP Bima, Alfin Syahri. Foto: Ady
Akademisi STKIP Bima, Alfin Syahri. Foto: Ady

Karena itu menurut dia, sepanjang pemerintah menciptakan kebijakan diskriminatif, maka sepanjang itu pula pemerintah tidak bisa membatasi tumbuh suburnya gagasan radikal. Selain itu, bisa juga karena otoritas pemerintah yang tidak mampu menciptakan distribusi pembangunan, pemerataan basis sosial, ekonomi dan politik.

Kebijakan Diskriminatif, Bisa Picu Tindakan Radikal - Kabar Harian Bima

“Ini bisa menjadi dasar dan pemicu tumbuh suburnya gagasan dan tindakan radikalisme,” kata Alfin saat menjadi narasumber dalam Diskusi Keagamaan yang digelar Pusat Studi Kajian Agama dan Budaya (PUSKAB) NTB, Selasa (26/1) pagi di Aula SMK Negeri 3 Kota Bima.

Tak hanya itu lanjutnya, tindakan radikal bisa tumbuh bukan karena gagasan lokal, tetapi justru karena gagasan global. Seperti krisis di Negara Timur Tengah, itu bisa menjadi legitimasi bagi kelompok radikal untuk mengambil pilihan sama sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan yang terjadi.

Radikalisme sangat berbahaya pada struktur sosial, dan struktur sosiologis masyarakat Indonesia yang multikultur, multi agama, multi kebudayaan dan multi banyak aspek. Maka kalau kekerasan ini muncul bisa mengancam toleransi dan menciptakan the next phobia bagi masyarakat Indonesia.

“Ini perlu kemudian menjadi perhatian besar kita, bahwa ukhwah yang cocok dikembangkan untuk menangkal radikalisme, tanpa mengesampingkan ukhwah Islamiyah atau ukhwah wathoniyah dalam kerangka yang lebih besar tentu saja adalah ukhwah basyariah,” urainya.

Lembaga negara punya peran untuk mengembangkan budaya dan menularkan semangat bahwa manusia diciptakan sebagai satu entitas. Karena banyak sekali ditemukan fakta bahwa pelaku kekerasan, baik itu teroris dan penganut paham radikal bisa terjadi karena pemahaman terhadap agama yang terlalu tertutup dan latah.

*Ady