Kabar Bima

SGI Bima Launching Buku ‘Guru Itu Melawan’

296
×

SGI Bima Launching Buku ‘Guru Itu Melawan’

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Serikat Guru Indonesia (SGI) Cabang Kabupaten Bima, Kamis (8/9) sore meluncurkan sebuah buku berjudul ‘Guru Itu Melawan’. Buku berisi kumpulan puisi yang ditulis Eka Ilham ini dilaunching di Museum ASI Mbojo.

Launching Buku Guru Itu Melawan. Foto: Ady
Launching Buku Guru Itu Melawan. Foto: Ady

Acara ini menghadirkan Eko Prasetyo dari Social Movement Institute Jogjakarta. Praktisi pendidikan yang juga penulis buku kritis berjudul ‘Orang Miskin Dilarang Sekolah’ ini hadir sebagai pembicara untuk memberikan pandangan terhadap karya Eka Ilham.

SGI Bima Launching Buku ‘Guru Itu Melawan’ - Kabar Harian Bima

Selain itu, turut hadir Budayawan Bima, N. Marewo, Penulis Budaya, Alan Malingi dan peserta yang didominasi dari kalangan aktivis pendidikan, akademisi, mahasiswa dan guru.

Secara umum, buku ‘Guru Itu Melawan’ berisi sejumlah puisi penulis bernuansa kritik sosial tentang potret guru di Bima. Diantara puisi itu berjudul Guru Terpencil, Sang Guru, Gerbang Tua, Tuan Presiden, Negeri Pungli, Sang Demonstran, Sayap-Sayap Pelindungmu dan Pemilik Negeri.

Buku ini mendapat sambutan hangat dari para peserta. Karena kumpulan puisi di dalamnya berisi pengakuan jujur dan perjalanan batin penulis selama menjadi seorang guru di ujung timur pulau sumbawa tepatnya di Kabupaten Bima-NTB.

Seperti pengakuan Eka Ilham dalam diskusi bahwa di lapangan ia menemukan perlakuan dan ketimpangan yang tidak adil pada sejumlah guru. Ia juga menemukan sebuah titik kehidupan yang dihadapkan pada sebuah situasi pendidikan dan prilaku manusianya yang semakin akut.

“Dari kegelisahan itu say menuangkan dalam sebuah karya sastra Guru Itu Melawan. Kumpulan Puisi Kesaksian SGI yang merupakan sebuah pergulatan batin seorang pendidik,” paparnya.

Sementara itu, Eko Prasetyo dalam testimoninya mengapresiasi kehadiran buku tulisan Eka Ilham. Menurutnya, tulisan dalam buku tersebut merupakan gambaran kesaksian, keresahan dan kesedihan penulis sebagai seorang guru.

“Buku ini patut mendapat apresiasi, karena seorang guru tak hanya menjadi seorang pendidik, tetapi juga mampu melahirkan karya sastra,” ujarnya.

*Ady