Kabar Bima

Kepala SMPN 6 Dituding Otoriter, Puluhan Guru Kirim Surat ke Dikbud dan Dewan

277
×

Kepala SMPN 6 Dituding Otoriter, Puluhan Guru Kirim Surat ke Dikbud dan Dewan

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Merasa tindakan kepala sekolah yang dinilai arogan dan otoriter, lebih dari 50 guru SMPN 6 Kota Bima melayangkan surat pernyataan mosi tidak percaya kepada Dinas Dikbud dan DPRD Kota Bima. Surat yang telah ditandatangi resmi oleh guru setempat merupakan bentuk kekecewaan terhadap kinerja kepala sekolah selama menjabat.

Kepala SMPN 6 Dituding Otoriter, Puluhan Guru Kirim Surat ke Dikbud dan Dewan - Kabar Harian Bima
Ilustrasi

“Kami telah layangkan surat mosi tidak percaya kepada Dinas Dikbud dan DPRD Kota Bima, agar bisa ditindaklanjuti dengan tegas,” ujar ID, salah seorang guru setempat yang meminta namanya diinisialkan, Rabu (8/3).

Kepala SMPN 6 Dituding Otoriter, Puluhan Guru Kirim Surat ke Dikbud dan Dewan - Kabar Harian Bima

Dijelaskan ID, dalam surat tersebut terdapat 17 pernyataan hasil aspirasi dari guru dan wakasek sekolah setempat. Dalam aspirasi itu, mengutarakan kekecewaan terhadap sikap kepala sekolah, yang dinilai sewenang-wenang dalam mengambil sikap dan keputusan tanpa melakukan rapat.

“Semenjak menjabat sebagai kepala sekolah, hampir secara keseluruhan sikap dan tindakan kepala sekolah otoriter dan arogan,” ungkapnya.

Dikatakan ID, lima dari 17 isi pernyataan mosi tidak percaya itu diantaranya. Pertama pernah melontarkan pernyataan tidak etis, seperti guru sekolah setempat kaku dan mafia sehingga kepala sekolah bisa lebih mafia lagi.

Kemudian mengambil tindakan sendiri dengan menghapus program UKS dan OSIS, lalu guru agama sekolah setempat tidak bisa mengaji, guru tidak bisa membuat program kerja serta menyunat gaji pengatur taman Rp 200 ribu.

“Masih banyak sikapnya yang tidak etis, ini hanya lima diantara pernyataan itu,” katanya penuh nada kecewa.

Selanjutnya, dengan adanya surat pernyataan resmi kepada Dinas Dikbud dan DPRD. Diminta pihak terkait untuk menyikapi dan melakukan tindakan tegas.

“Kami guru-guru disini hanya ingin ketenangan, damai dan fokus dalam bekerja. Bukan dibawah tekanan, dan sikap otoriter,” harapnya.

Sementara itu Kepala SMPN 6 Kota Bima  Arif Wahidin yang dimintai klarifikasi enggan berkomentar banyak, dan terkesan menghindar dari pertanyaan wartawan.

“Maaf saya belum bisa menjawab sekarang, karena harus menghadiri rapat. Mungkin lain kali kita bertemu kembali, dan akan saya gelar jumpa pers terkait masalah ini,” ucapnya sembari memasuki ruang guru sekolah.

*Kahaba-04