Kabar Bima

IKF di Kota Bima, HTI Serukan Tegaknya Khilafah

311
×

IKF di Kota Bima, HTI Serukan Tegaknya Khilafah

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPD II Bima menggelar acara bertajuk Indonesia Khilafah Forum (IKF), Minggu (9/4) pagi di Hotel Marina Kota Bima. Acara mengangkat tema ‘Khilafah Kewajiban Syar’i, Jalan Kebangkitan Umat’. Dihadiri para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh wanita dari Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.

IKF di Kota Bima, HTI Serukan Tegaknya Khilafah - Kabar Harian Bima
IKF yang digelar HTI di Hotel Marina. Foto: Ady

Dalam laporannya, Ketua Panitia, Muhammad Faisal menjelaskan, IKF merupakan puncak dari kegiatan Masirah Panji Rasulullah yang diadakan HTI selama Bulan Rajab 1438 Hijiriyah. Kegiatan ini diadakan di 36 kota di seluruh Indonesia. Acara puncaknya akan diadakan dengan level internasional di Jakarta Tanggal 23 April 2017.

IKF di Kota Bima, HTI Serukan Tegaknya Khilafah - Kabar Harian Bima

Acara Masirah Panji Rasulullah dan Indonesia Khilafah Forum jelasnya, diadakan sebagai sarana untuk mengenalkan bendera dan panji Rasulullah yang bernama Al Liwa berwarna putih dan Ar Royah berwarna hitam bertuliskan lafadz dua kalimat syahadat. Disamping ide besar tentang syariah dan khilafah yang diusung HTI.

Selain itu, rangkaian acara diadakan sebagai sarana pertemuan tokoh dari HTI dengan tokoh masyarakata dari berbagai kalangan untuk membangun kesehatian dan kesamaan persepsi tentang pentingnya merajut langkah bersama membangkitkan umat untuk melakukan perubahan menuju khilafah.

Acara IKF diawali dengan serah terima panji Rasulullah secara simbolis dari peserta DPD II HTI Bima. Narasumber yang dihadirkan dalam forum ini yakni Ustad Muhammad Ayyubi dari HTI Bima dan Ustad Yahya Abdurrahman dari HTI Pusat.

Dalam narasi pengantar dialog itu HTI menegaskan bahwa Islam yang seharusnya menjadi rahmatan lil ‘alamin tidak terwujud saat ini karena Islam tidak diterapkan secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan. Malah justeru sekularisme, demokrasi, kapitalisme serta liberalisme adalah hukum yang diterapkan.

Semua ini terjadi menurut HTI akibat hancurnya khilafah sebagai institusi penenarapan Islam pada 28 Rajab 1342 H atau 3 Maret 1924 Masehi. Dampaknya, penjajahan gaya baru (neo-imperialisme) sedang mendera negeri-negeri kaum muslimin, termasuk Indonesia.

HTI menegaskan bahwa khilafah bukan sekedar kewajiban, namun juga mahkota segala kewajiban. Hal ini berarti hanya dengan khilafah seluruh syariah bisa diterapkan, amar makruf secara sempurna dapat dikerjakan, dakwah Islam dapat diemban ke seluruh dunia secara sistematis dan seluruh umat Islam dapat bersatu di bawah seorang pemimpin tunggal.

HTI-pun telah menyiapkan blue print bagi penerapan Syariah Islam secara menyeluruh di bawah naungan khilafah.  Untuk itu, melalui IKF ini HTI berharap para ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat dan para aktivis Islam bisa bertukar pikiran dan akhirnya memiliki visi dan misi yang sama untuk berjuang bersama-sama menegakkan perintah Illahi Rabbi.

“Oleh sebab itu, HTI mengajak kepada seluruh tokoh dan kepada umat umumnya untuk bersatu menegakkan khilafah di bawah kibaran panji-panji Rasulullah. Karena menegakkan khilafah adalah kewajiban syar;i dan jalan kebangkitan umat,” ajak Faisal yang juga Sekretaris DPD II HTI Bima.

*Kahaba-03