Kabar Bima

Kepala SMAN 1 Woha Diduga Selewengkan Dana BOS

540
×

Kepala SMAN 1 Woha Diduga Selewengkan Dana BOS

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Penggunaan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) di SMAN 1 Woha diduga disalahgunakan oleh kepala sekolah setempat. Sasaran penggunaannya pun tidak sesuai peruntukkan. Bahkan, dampaknya pun harus diterima oleh sejumlah guru setempat, termasuk soal insentif pegawai honor dan sukarela belum dibayar selama 3 bulan.

Kepala SMAN 1 Woha Diduga Selewengkan Dana BOS - Kabar Harian Bima
Kepala SMAN 1 Woha Nazamudin. Foto: Bin

Salah seorang guru setempat FN, mengungkap sejumlah persoalan penggunaan dana BOS di sekolah itu. Dana BOS sebesar Rp 1,8 Miliar dalam satu tahun itu pun tidak banyak digunakan untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan sekolah tersebut. Begitupun dengan peningkatan infrastruktur, tidak signifikan.

Kepala SMAN 1 Woha Diduga Selewengkan Dana BOS - Kabar Harian Bima

Tahun ini saja kata dia, padahal dana BOS triwulan pertama sudah cair sekitar Rp 450 juta, namun insentif pegawai honor dan sukarela tak kunjung dibayar. Padahal jumlah pegawai honor dan sukarela mencapai 100 orang, namun kejelasan kapan insentif dibayar tak kunjung tiba.

“Mulai Januari – Maret tahun 2017 insentif pegawai honor dan sukarela belum dibayarkan. Padahal anggaran dana BOS triwulan pertama sebanyak Rp 450 juta sudah cair, dari total dana BOS sebanyak Rp 1,8 Miliar,” ungkapnya kepada media ini, beberapa hari kemarin.

Menurut pria yang meminta namanya diinisialkan itu, padahal dalam aturan Nomor 8 Tahun 2017 tentang petunjuk teknis penggunaan dana BOS disebutkan  15 persen anggaran dana BOS, dialokasikan untuk insentif pegawai honor. Namun hingga akhir bulan April, belum ada tanda-tanda insentif pegawai tersebut dibayarkan.

“Sudah beberapa kali ditanya ke kepala sekolah dan bendahara, jawabannya sudah habis digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler olimpiade sains. Jawaban yang tidak masuk akal, masa’ uang habis untuk kepentingan itu semua,” sorotnya.

Tidak hanya itu sambung FN, penggunaan dana BOS untuk peningkatan mutu pendidikan pada semua ekstrakurikuler juga tidak berjalan dengan maksimal. Begitu pun untuk alokasi pembangunan infrastruktur. Uang sebanyak miliaran rupiah, namun tidak ada perkembangan pembangunan yang berarti.

“Selama ini RAB dana BOS dibuat  fiktif. Kalau pemeriksa jeli melihat RAB untuk pertanggungjawaban penggunaan dana BOS dan kondisi realita yang ada, pasti menemukan dana BOS disalahgunakan,” ucapnya.

Tidak hanya itu, FN juga mengungkap hubungan kakak adik antara kepala sekolah dan bendahara setempat. Sehingga kuat dugaan adanya nepotisme dalam penggunaan dana BOS. Kemudian, ia menyorot dugaan ijazah sarjana palsu yang dimiliki kepala sekolah sekarang.

“Kepala sekolah itu mendapat gelar diploma di Makassar, sementara gelar sarjananya dibeli di Kupang. Selama ini, kami tidak melihat kepala sekolah pergi menimba ilmu di Kupang,” ungkapnya lagi.

Untuk itu, FN berharap Bupati Bima dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bima bisa melihat persoalan ini. Agar iklim pendidikan di SMAN 1 Woha bisa berjalan dengan maksimal.

Sementara itu, Kepala SMAN 1 Woha Nazamudin yang ditemui di ruang kerjanya Kamis (27/4) membantah semua tudingan tersebut. Kata dia, penggunaan dana BOS sudah sesuai dengan petunjuk teknis dan tidak pernah diselewengkan.

Menjawab soal insentif pegawai honor dan sukarela, menurut Nazamudin sudah dibayarkan melalui dana Komite. Sementara soal pembayaran menggunakan dana BOS, memang belum dilakukan karena pihaknya harus berkonsultasi lebih dulu dengan jajaran Dikpora Provinsi NTB.

“Benar dalam aturan baru sekarang sebesar 15 persen dana BOS digunakan untuk membayar insentif pegawai honor dan sukarela. Tapi kami juga harus konsultasi, agar alokasinya tidak menimbulkan masalah dikemudian hari,” jelasnya.

Ia mengakui, pihaknya dengan seluruh kepala SMA telah menggelar musyawarah kerja kepala sekolah, termasuk membahas soal 15 persen dana BOS untuk alokasi pembayaran insentif pegawai honor dan sukarela. Hasilnya, kepala sekolah dipanggil untuk ke Dikpora Provinsi, membahas masalah itu.

“Jadi semua sekolah  belum ada yang berani membayar alokasi 15 persen dari dana BOS itu. Karena harus konsultasi dulu ke provinsi,” tuturnya.

Nazamudin juga membantah jika alokasi dana BOS untuk infrastruktur tidak berjalan dengan maksimal. Sebab pembangunan tetap berjalan dengan baik. Dana BOS juga banyak dialokasikan untuk biaya perawatan sekolah. Karena kondisi sekolah yang sangat luas, maka biaya perawatan juga terbilang sangat banyak.

Begitu pula dengan alokasi peningkatan mutu siswa melalui ekstrakurikuler, telah berjalan dengan sangat baik. Setiap bidang ekstrakurikulernya dikawal penggunaan anggarannya, dan setiap triwulan tetap ada SPJ.

“Semua tidak ada masalah, kami gunakan dana BOS sesuai aturannya. Beberapa ekstrakurikuler juga bahkan berkembang dengan baik. Diantaranya ada yang juara nasional,” tegas pria enam bulan lalu dilantik menjadi kepala SMAN 1 Woha itu.

Soal hubungan saudara antara dirinya dengan bendahara, Nazamudin mengakui itu selalu menjadi buah pikirannya selama menjadi kepala sekolah. Karena bagaimana pun, orang diluar akan berpikir yang macam – macam.

Namun dirinya memastikan, bendahara yang juga saudaranya itu lebih dulu dipercaya menjadi bendahara jauh sebelum ia dilantik menjadi kepala sekolah. Meski demikian, ia tetap akan upayakan agar bendahara sekarang diganti, agar tidak ada kecemburuan dari berbagai pihak.

“Masalah itu sudah saya pikirkan sejak saya dilantik. Secepatnya lah kita akan ganti bendaharanya,” tutur Nazamudin.

Soal ijazah S1 yang dituding palsu, ia juga membantah. Karena selama ini dirinya tetap melaksanakan proses kuliah di Kupang.

“Ada-ada saja. Saya tetap ke Kupang untuk kuliah. Ijazah saya juga ini asli,” bantahnya.

*Kahaba-01