Kabar Bima

Alfamart dan Indomaret Belum Saatnya Ada di Kota Bima

765
×

Alfamart dan Indomaret Belum Saatnya Ada di Kota Bima

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Muncul dinamika rencana kehadiran retail nasional Alfamart dan Indomaret di Kota Bima. Ditengah pemerintah menyusun regulasinya, lahir penolakan dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan mahasiswa. Agen of Control ini beberapa kali turun aksi dan menolak keras rencana kedatangannya. (Baca. Retail Nasional Bakal Ada 15 Titik di Kota Bima)

Alfamart dan Indomaret Belum Saatnya Ada di Kota Bima - Kabar Harian Bima
Ketua STIE Bima Firdaus. Foto: BinFirdaus

Di media sosial pun demikian. Lalu lintas komentar pro dan kontra pun menghiasai horizon dunia maya. Beragam perspektif pun disampaikan, banyak yang menolak, pun tidak sedikit yang mendukung kehadirannya. Lantas bagaimana tanggapan akademisi ekonomi soal rencana tersebut? (Baca. LMND Turun ke Jalan Tolak Masuknya Retail Nasional

Alfamart dan Indomaret Belum Saatnya Ada di Kota Bima - Kabar Harian Bima

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bima Firdaus memandang, sekarang bukan waktu yang tepat retail tersebut berada di Kota Bima. Karena jelas, keberadaannya akan mematikan usaha kecil. Akan ada efeknya juga terhadap perputaran uang di daerah. (Baca. LMND Tolak Kehadiran Alfamart, Ini Jawaban Walikota Bima)

“Nanti pengelolaan keuangannya akan terpusat diluar daerah, bukan dalam daerah. Jadi saya pikir belum saatnya retail tersebut ada di Kota Bima,” katanya, Kamis (4/5).

Ia menjelaskan, 15 retail yang direncanakan pemerintah itu bukan jumlah yang sedikit. Apalagi nanti akan ditempatkan diseluruh kecamatan yang ada di Kota Bima. Dari jumlah itu, tentu yang berputar di dalam daerah hanya gaji karyawannya saja. Itupun jika nanti karyawannya diambil semua dari warga Kota Bima.

Sementara keuntungan dari bisnis itu sambung Firdaus, akan diputar di daerah lain. Misalnya nanti, jika sudah berkembang baik di Kota Bima, pemilik retail dimaksud akan melakukan ekspansi di NTT, atau pengembangan usaha di sejumlah daerah lain, dari keuntungan itu.

“Uang warga Kota Bima nanti tidak akan berputar di dalam daerah, tapi di daerah lain,” ungkapnya.

Jika dihitung dengan konsep ekonomi kerakyatan menurut pria yang menyandang gelar Magister Manajemen itu, belum saatnya retail nasional itu ada di Kota Bima. Adanya tentu akan sangat berdampak pada keberadaan pedagang kecil.

“Kalau hanya satu retail besar, itu tidak jadi soal. Tapi ini rencananya akan ditempatkan di seluruh kecamatan, tentu akan banyak pedagang kecil yang mati. Hitung saja jumlah pedagang kecil dalam satu kelurahan, belum lagi satu kecamatan,” tuturnya.

Soal konsep bisnis tersebut dibuka selama 24 jam, kata Firdaus, harus dilihat dan diidentifikasi masyarakat yang mana dulu. Karena pola konsumsi masyarakat Kota Bima pada jam malam tidak terlalu banyak. Orang yang beraktifitas pada tengah malam hari juga tidak banyak.

Ditanya solusi? Pria berkacamata itu tetap berpendapat harus ditolak dulu. Pertimbangan lainnya, retail nasional itu juga punya gempuran program promosi yang akan sangat berdampak pada pedagang lokal. Seperti beli tiga gratis satu, belum lagi pengumpulan jumlah poin dari hasil pembelanjaan.

“Jadi menurut saya ditolak, karena belum tepat. Kasihan pedagang kecil,” tegasnya.

Pertimbangan lain, letak Alfamart dan Indomaret di kota-kota besar terbilang jauh. Tapi di kota-kota yang baru berkembang, lokasinya terbilang begitu dekat. Sebut saja di Mataram dan Sumbawa, keberadaannya sangat masif dan membunuh adanya pedagang lokal.

“Soal PAD juga tidak signifikan. Nanti juga bisa buktikan. Hitung-hitungan dan kajiannya bisa dilakukan diatas kertas,” tambahnya.

*Kahaba-01