Kabar Bima

Di Bandung ada Program Magrib Mengaji, Ini Bedanya dengan Kota Bima

259
×

Di Bandung ada Program Magrib Mengaji, Ini Bedanya dengan Kota Bima

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Kota Bandung tak hanya maju dari aspek penerapan teknologi, tetapi karakter dan moral masyarakat juga menjadi bagian penting dari fokus program pemerintahnya. Salah satu programnya yang populer yakni Magrib Mengaji. Program ini mengingatkan kita dengan program Pemerintah Kota Bima. Hanya saja, perbedaan penerapannya cukup jauh dengan Kota Bima. (Baca. Ridwan Kamil Teken MoU Smart City dengan Kota Bima)

Di Bandung ada Program Magrib Mengaji, Ini Bedanya dengan Kota Bima - Kabar Harian Bima
Walikota Bandung Ridwan Kamil saat menyampaikan sambutan usai penandatangan MoU Smart City dengan Walikota Bima. Foto: Bin

Walikota Bandung, Muhammad Ridwan Kamil dalam pemaparannya usai penandatanganan nota kesepahaman program Smart City menyebut, daerahnya sudah tiga tahun menggerakkan program Magrib Mengaji.

Di Bandung ada Program Magrib Mengaji, Ini Bedanya dengan Kota Bima - Kabar Harian Bima

“Saya mewajibkan anak SMP, SMA di Kota Bandung kalau terdengar adzan magrib tidak boleh keluyuran kemana-mana. Semua wajib hukumnya masuk ke masjid,” jelasnya di Halaman Kantor Pemerintah Kota Bima, Rabu (12/7) pagi. (Baca. Untuk Jadi Smart City, Kota Bandung Gunakan 300 Software)

Untuk mendukung program itu, pemerintah membantu penambahan jumlah masjid. Awalnya dari 2 ribu masjid, sekarang bertambah sampai 3 ribu masjid.

“Jadi saya tidak mau, anak-anak kota yang penuh dengan segala dinamika moderen jauh dari agama,” paparnya.

Program terkait kedua yang juga mendapat banyak respon positif dari masyarakatnya, yakni sudah 7 bulan terakhir menggerakkan kegiatan shalat subuh berjamaah di masjid-masjid seluruh Kota Bandung seminggu sekali di hari Minggu.

“Kenapa dipilih hari Minggu, karena tidak sekolah dan tidak bekerja. Jadi tidak banyak alasan. Setelah sholat subuh hari Minggu mau car freeday, piknik silahkan. Setelah sholat subuh hari Minggu mau tidur lagi sampai hari Rabu silahkan,” ujarnya.

Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil mengaku bangga, ternyata betul umat itu tergantung bagaimana pemimpinnya. Baginya, dakwah terbaik itu adalah akhlak. Pemimpin harus menjadi contoh umatnya.

“Jadi sekarang ramai sekali, subuh berjamaah. Saya senang kalau ceramah subuh berjamaah karena baterainya sedang 100 persen. Kalau ceramah bakda Isya suka ngantuk-ngantuk. Kalau subuh saya lihat nggak ada yang ngantuk karena masih pagi,” sambungnya lagi.

Kang Emil teringat akan pesan seorang ulama dari Palestina kepadanya bahwa musuh Islam itu takut pada kita jika ciri-ciri fisiknya hadir. Maksudnya, jika shalat subuh berjamaahnya sudah seramai sholat jumatnya. “Kalau ciri-ciri umat itu hadir, maka kebangkitan itu akan datang,” tutur putra Kiyai di Kota Bandung ini.

Poin penting menurutnya, adalah bahwa Ia sedang berupaya membangun peradaban di Kota Bandung itu berlandaskan Al Quran dan Al Hadist. Karena dirinya percaya, membangun Indonesia tidak bisa hanya yang terlihat mata saja.

“Alhamdulillah Bulan April 2017 disurvey, orang yang bangga menjadi warga Bandung hari ini mendekati 90 persen,” ungkapnya.

Bahkan orang Jawa Barat yang di luar Kota Bandung kalau kemana-kemana kata dia, sering mengaku sebagai orang Bandung. Capaian perubahan itu baginya sangat membanggakan.

*Kahaba-03