Kabar Bima

Prospek Kacang Koro untuk Pengembangan Ekonomi Petani

1975
×

Prospek Kacang Koro untuk Pengembangan Ekonomi Petani

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba. Ada alternatif yang menggiurkan ditawarkan kepada petani Kota Bima untuk menjadi sukses. Caranya mudah, pengolahan tanamannya pun tak sulit, terlebih pemasarannya. Petani hanya fokus menanam dan merawatnya, mulai bibit awal, pupuk dan pemasarannya, akan di mudahkan dengan bantuan. Jika memiliki lahan dan serius, maka ekonomi rakyat dan petani akan menunjukan grafik yang menggembirakan.

Prospek Kacang Koro untuk Pengembangan Ekonomi Petani - Kabar Harian Bima
Kacang koro / ilustrasi

Senin kemarin, bertempat di Lesehaan Putri Kota Bima, Kelompok petani Kota Bima menghadiri acara pengenalan budidaya tanaman Kacang Koro, sebagai usaha untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan. Acara yang di gelar oleh CV. Pena Agro Mandiri itu pun seperti membuat petani bergairah.

Prospek Kacang Koro untuk Pengembangan Ekonomi Petani - Kabar Harian Bima

Dihadapan puluhan petani yang hadir, Pimpinan CV. Pena Agro Mandiri, Ir. Ihsan, MM menjelaskan, tanaman Kacang Koro merupakan tanaman yang mudah untuk di tanam dan dirawat, tak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan dana untuk membudidayakannya. Dengan kemudahan tersebut, hasilnya pun tentu mampu meningkatkan perekonomian rakyat. “Saya yang akan mensuplai bibitnya, bapak dan ibu-ibu yang punya lahan hanya tahu menanam dan merawat. Jika sudah panen, tak perlu putar otak harus menjual kemana, karena saya yang akan membelinya,” ujarnya.

Menanam Kacang Koro tidak butuh waktu lama untuk menuai hasilnya, hanya cukup waktu 120 hari saja, maka hasilnya akan mulai dinikmati. Proses perkembangannya pun tidak sulit, sebelum di tanam bibitnya, direndam dulu selama satu jam, kemudian di tanam dengan lubang sedalam dua centimeter. Untuk pertumbuhannya, hanya di siram sekali dalam dua hari. Dan itu rutin dilakukan selama dua bulan, dua bulan berikutnya, tinggal dipantau perkembangannya hingga memasuki umur empat bulan. “Tanaman ini tak di serang ternak seperti kambing, sapi, monyet atau babi. Kalaupun ada, hanya belalang saja, namun sudah saya siapkan antispetik nya,” katanya.

Setelah memasuki usia dua bulan, tanaman mulai tumbuh dengan baik, hingga seterusnya tanaman berwarna kekuning-kuningan. Jika warnanya sudah berubah kecoklatan, Kacang Koro itu sudah mulai di panen. Selanjutnya dikeringkan selama dua hari, maka tanaman tersebut akan rontok dengan sendirinya. “Jika sudah rontok, hubungi saya biar saya yang akan membelinya dengan harga Rp2500 per kilo. Mudah kan,” terangnya meyakinkan.

Lanjutnya, yang punya lahan seluas satu hektar, maka bisa dipastikan hasil yang akan dituai sebanyak 10 ton. Jika dikalkulasikan dengan keuntungan, dalam satu hektar, petani tersebut meraup keuntungan sebanyak Rp25 juta per sekali panen. Sangat berbeda dengan tanaman kedelai yang hanya bisa menghasilkan 2 ton dalam satu hektar. “Panen Kacang Koro dalam setahun tidak berhenti, karena semua tanaman yang sudah di tuai, bisa sebagian dijual dan sebagian di tanam lagi,” tuturnya.

Diakuinya, dalam satu lubang, satu Kacang Koro dapat menghasilkan sepuluh kilo. Karena dalam satu Kacang Koro, bisa menghasilkan belasan biji kacang. Jadi dapat dibayangkan, untuk petani yang memiliki tanah seluas satu hektar. “Mengenai manfaatnya, Kacang Koro ini bisa menjadi bahan baku pengganti kedelai. Bisa dibuat tempe, tahu dan juga susu,” bebernya.

Mengenai lahan, bisa ditanam dimana saja, bisa disawah, di kebun maupun di gunung. Asal, selama dua bulan pertama, penyiraman rutin dilakukan. “Saya menawarkan dan mengajak keberhasilan untuk bapak-bapak dengan menanam tanaman yang tidak sulit untuk di budidayakan,” ujarnya.

Ditanya pemasarannya dimana saja, Ihsan mengaku, sekarang pemasaran tersentral di Pulau Jawa. Selain itu juga bisa di ekspor di Amerika dan Jepang. Di Jawa saja, perusahaan Kacang dua kelinci sudah mengeluarkan makanan dari bahan dasar Kacang Koro.

Yang hadir saat itu, tak hanya mengerti, tapi sepertinya sudah tak sabar untuk mendapatkan bantuan bibit yang dibawa Ihsan sebanyak 270 kilo. Petani begitu antusias untuk memulai membudidayakan tanaman tersebut.[BK]