Kabar Bima

Beda Keterangan Kasus Penembakan Polisi, Koordinasi Polri Lemah

307
×

Beda Keterangan Kasus Penembakan Polisi, Koordinasi Polri Lemah

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Perbedaan keterangan yang disampaikan kepolisian terkait kasus penembakan 2 anggota Polisi di Bima, yakni Bripka AG dan Bripka JA menimbulkan tanda tanya publik. Baik Mabes Polri, Polda NTB maupun Polres Bima Kota tidak satu persepsi dalam kasus penembakan tersebut.

Beda Keterangan Kasus Penembakan Polisi, Koordinasi Polri Lemah - Kabar Harian Bima
Syarif Ahmad

Pengamat Radikalisme dan Terorisme Bima, Syarif Ahmad pun mengeritik model koordinasi institusi Polri dalam kasus penembakan ini. Ia menilai, ada yang salah dalam model koordinasi diinternal Polri karena dalam satu kasus berbeda penyampaian ke publik.

Beda Keterangan Kasus Penembakan Polisi, Koordinasi Polri Lemah - Kabar Harian Bima

“Koordinasi Polri jadinya lemah. Ini menunjukan ada sesuatu yang salah terhadap model koordinasi antara mereka (Polri),” kata Doktor lulusan Universitas Indonesia ini, Kamis (14/9) siang.

Disatu sisi kata Syarif, Polres Bima Kota sudah menegaskan belum berani berspekulasi kasus penembakan terkait dengan terorisme. Sementara Mabes Polri dan Polda NTB sudah mengarahkan kasus tersebut ke jaringan terorisme.

Menurutnya, dua hal yang berbeda ini memperkuat asumsinya sebagai orang yang pernah meneliti tentang gerakan-gerakan radikalisme dan fundamentalisme. Dalam hipotesanya di tesis dan disertasi, Syarif menyebut ada sesuatu yang keliru dimindset (pola pikir) aparat keamanan.

“Ketika terjadi tindak kekerasan oleh warga negara kepada aparat penegak hukum langsung disebut sebagai tindakan terorisme. Padahal ada banyak peluang-peluang keterkaitan dengan kasus lain,” sebutnya.

Untuk menepis asumsi negatif publik, Syarif meminta kepada kepolisian agar transparan dalam penanganan kasus penembakan tersebut. Tidak serta merta langsung menghakimi dilakukan jaringan terorisme atau kelompok Islam.

“Ini sangat berbahaya. Stigmatisasi aparat ini harus diluruskan, juga harus transparan kepada publik agar tidak melahirkan asumsi-asumsi negatif bahwa itu adalah by desain,” ujar akademisi salah satu kampus di Bima ini.

Tugas kepolisian sambung Syarif, membuka penanganan kasus itu selebar-lebarnya dengan terang-benderang agar semua orang tahu dan spekulasi negatif tidak muncul. Sebab, dampaknya akan sangat merugikan aparat keamanan sendiri.

Seperti diketahui sebelumnya, Polres Bima Kota menegaskan pada hampir semua media di Bima bahwa kasus penembakan Bripka AG dan Bripka JA tidak terkait jaringan terorisme dan belum berani menyimpulkan. Namun berbeda dengan Mabes Polri dan Polda NTB dalam pernyataan di media nasional dan regional malah menyebut kasus penembakan terkait jaringan terorisme.

*Kahaba-03