Kabar Bima

Pemprov NTB Diminta Evaluasi Pelantikan Kepala Sekolah dan  Mutasi Guru

552
×

Pemprov NTB Diminta Evaluasi Pelantikan Kepala Sekolah dan  Mutasi Guru

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Pelantikan kepala SMA sederajat untuk wilayah Bima oleh Pemerintah Provinsi NTB diminta agar bisa segera diveluasi. Pasalnya, tugas baru tersebut diterasa sangat berat, karena lokasi sekolah yang sangat jauh dari tempat tinggal. Satu orang kepala sekolah saja sehari-hari harus menempuh perjalanan sepanjang 90 kilometer untuk tiba di sekolah.

Pemprov NTB Diminta Evaluasi Pelantikan Kepala Sekolah dan  Mutasi Guru - Kabar Harian Bima
Ilustrasi

Seperti yang disampaikan guru SMAN 1 Woha, Herman yang dipercaya menjadi kepala di SMAN 1 Wera. Saat ini ia tinggal di Kecamatan Woha, sehari – hari harus menuju Wera dengan jarak tempuh yang sangat jauh.

Pemprov NTB Diminta Evaluasi Pelantikan Kepala Sekolah dan  Mutasi Guru - Kabar Harian Bima

“Dari tempat tinggal saya ke SMAN 1 Wera sekitar 90 kilometer. Sehari – hari saya harus pulang pergi. Karena istri juga mengajar di Woha dan anak – anak masih sekolah,” ungkap Herman, Selasa (16/1).

Menurut Herman, tugas dan beban kerja apapun akan mereka terima. Hanya saja, dirinya bersama sejumlah guru yang lain yang dilantik menjadi kepala sekolah, tapi di lokasi yang cukup jauh berharap ada pertimbangan soal kondisi jarak.

“Yang alami ini bukan saya saja. Tapi ada beberapa guru yang lain. Bahkan ada guru dari Bolo dilantik menjadi kepala sekolah di Kecamatan tambora yang juga sangat jauh,” katanya.

Untuk itu, dirinya berharap Pemerintah Provinsi bisa mengevaluasi kebijakan tersebut. Agar pelantikan atau mutasi guru bisa mempertimbangkan lokasi penempatannya.

Hal senada juga disamapikan Kepala SMAN 4 Kota Bima, Muhtar yang dimutasi menjadi guru biasa di SMAN 1 Tambora. Dirinya mengaku telah berusia 56 tahun, tentu mempengaruhi jarak tempuh dan efesiensi mengajar.

“Mutasi sebenarnya itu hal biasa, sebagai bentuk penyegaran. Saya tidak pernah persoalkan, saya menjadi guru biasa atau kasek lagi,” ujarnya.

Namun yang disesalkannya, dirinya ditugaskan menjadi guru di SMAN 1 Tambora. Menurut Muhtar, Kecamatan Tambora terlalu jauh bagi dirinya yang sudah berusia 50 tahun lebih.

“Sisa tugas saya tinggal empat tahun lagi, inginnya bertugas di daerah yang dekat saja. Tidak di Tambora yang terlalu jauh untuk usia seperti saya,” akunya.

Muhtar berharap, ada peninjauan kembali soal penentuan lokasi mutasi. Setidaknya, disesuaikan dengan lokasi domisili para guru sehingga memudahkan guru bertugas.

Dikonfirmasi terpisah, Kabid Dikmen PK-PLK Dikmen Dikbud NTB, Abbas mengakui pihaknya sudah menerima banyak laporan dan keluhan soal pelantikan dan mutasi tersebut. Tapi sebagai Kabid yang ditempatkan di daerah, tidak memiliki kewenangan untuk memberikan.

“Itu adalah kewenangan Dikbud Provinsi, saya tidak berwenang menjawab,” imbuhnya.

Namun pihaknya, sudah berkoordinasi dengan Dikbud Provinsi dan menyampaikan keluhan para guru tersebut.  Mutasi tersebut pun berpeluang untuk ditinjau kembali. Terutama, yang berkaitan dengan lokasi mutasi yang terlalu jauh.

“Seperti yang kepala SMAN 4 yang ke Tambora itu, sudah kami koordinasikan. Insyaallah, kalau koordinasi dilakukan dengan baik maka hasilnya akan baik,” pungkasnya.

*Kahaba-04