Kabar Bima

Konflik Tidak Selamanya Bermakna Negatif

835
×

Konflik Tidak Selamanya Bermakna Negatif

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa dihindari. Namun, tidak selamanya konflik bermakna negatif atau berdampak buruk terhadap kehidupan. Justeru seringkali konflik berdampak positif karena dengan konflik perubahan akan berlangsung.

Konflik Tidak Selamanya Bermakna Negatif - Kabar Harian Bima
Dialog Lintas Etnik, Budaya dan Agama FKUB Kota Bima. Foto: Ady

Pernyataan ini disampaikan Kanwil Kemenag NTB melalui Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama H Suardi saat mengisi kegiatan dialog lintas etnik, budaya dan agama yang digelar FKUB Kota Bima, Rabu (4/4) di kantor setempat.

Konflik Tidak Selamanya Bermakna Negatif - Kabar Harian Bima

“Cuman yang harus dicegah dan dihindari adalah konflik yang muncul dalam bentuk kekerasan karena akan merugikan masyarakat pada umumnya,” papar H Suardi.

Menurut dia, tipe, level dan faktor penyebab konflik cukup banyak tidak hanya satu. Namun, secara umum ada beberapa pola pendekatan yang bisa dipakai untuk menganalisis konflik.

Diantaranya jelas dia, dengan menggunakan pendekatan ketahanan sosial. Seringkali konflik itu terjadi karena isu yang belum tentu benar atau hoax sehingga menimbulkan rasa saling mencurigai. Untuk itu, perlu dilakukan upaya menyadarkan masyarakat agar tidak mudah termakan isu atau berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Bisa juga dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan. Asumsi dasar dari pendekatan ini menyatakan bahwa konflik itu terjadi karena kemiskinan.

“Oleh karena itu, perlu penyediaan lapangan kerja dan gaji yang mencukupi sehingga dapat mengeliminir terjadinya konflik,” urainya.

Pendekatan lainnya, yakni menggunakan pendekatan asimilatif. Pendekatan ini bertujuan untuk mengaburkan identitas lama dan membentuk identitas baru. Sebab seringkali konflik dipicu oleh perbedaan identitas seperti etnis dan agama.

“Perkawinan sering dipercaya sebagai bentuk asimilasi yang terbaik karena dengan perkawinan akan terjadi percampuran identitas,” terangnya.

Pada kegiatan ini juga melibatkan narasumber Wakapolres Bima Kota Kompol Yusuf Tauzirin yang memaparkan tentang penegakan hukum bagi pelaku hoax. Akademisi STIH Muhammadiyah Bima Doktor Ridwan tentang tipologi konflik dan Penulis Buku FKUB Kota Bima Sudirman H Makka tentang pola penanganan konflik yang tepat.

*Kahaba-03