Kabar Bima

Polisi di Bima Bedah Novel “Akulah Istri Teroris”

291
×

Polisi di Bima Bedah Novel “Akulah Istri Teroris”

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Polres Bima Kota bekerjasama dengan Gerakan Indonesia Menulis menggelar kegiatan Talkshow membedah sebuah Novel berjudul “Akulah Istri Teroris” karya Abidah El Khalieqy. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Polres Bima Kota, Kamis (31/5) sore dirangkaikan dengan buka puasa bersama. (Baca. Istri Terduga Teroris Distigma Negatif, FKUB: Jangan Jauhi Mereka)

Polisi di Bima Bedah Novel “Akulah Istri Teroris” - Kabar Harian Bima
Bedah buku Akulah Istri Teroris di Aula Mapolres Bima Kota. Foto: Ady

Talkshow menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Penulis Buku R Toto Sugiharto, Wakapolres Bima Kota Kompol Yusuf Tauziri, Ketua FKUB Kota Bima H Eka Iskandar Z dan Penulis buku bertema terorisme Sudirman H Makka.

Polisi di Bima Bedah Novel “Akulah Istri Teroris” - Kabar Harian Bima

Para peserta berasal dari berbagai kalangan. Diantaranya mahasiswa, pelajar, jurnalis, akademisi, majelis taklim, aktivis sosial dan Anggota Polres Bima Kota. Talkshow dipandu Darmawan Budi Suseno dari Gerakan Indonesia Menulis sebagai Moderator.

Pemaparan awal disampaikan R Toto Sugiharto. Menurutnya, wacana terorisme saat ini tidak lagi disampaikan dengan cara yang monoton, tetapi juga disampaikan secara lebih luas. Seperti dalam tulisan sastra Novel “Akulah Istri Teroris”.

Penulisan novel itu kata dia, melalui proses panjang hingga diterbitkan menjadi sebuah buku. Novel karya Abidah El Khalieqy itu tidak saja sekedar karya sastra, tetapi juga merupakan karya fiksi ilmiah.

Sebabnya karena penulis melandaskan tulisannya dengan basis data empiris di lapangan melalui riset di daerah Poso, Sulawesi Tengah setelah melakukan melakukan kajian pustaka.

“Novel ini hanya narasi kecil dari wacana terorisme yang luas itu. Kita tahu misalnya Marah Roesli juga pernah menulis Novel Siti Nurbaya yang menggambarkan latar belakang perempuan pada zaman kolonialisme saat itu,” paparnya.

Tokoh utama yang digambarkan Abidah dalam novel ini bernama Ayu. Dia seorang istri terduga teroris yang mendapatkan perlakuan diskriminatif dan stigma negatif di masyarakat. Penulis kemudian mengungkap sisi lain kehidupan Ayu yang akhirnya mengikuti program deradikalisasi lalu simpati pada aparat.

Narasumber kedua, Wakapolres Bima Kota Kompol Yusuf Tauziri menegaskan bahwa terorisme hampir ada di setiap negara. Berdasarkan sebuah penelitian seorang profesor di Amerika. Aksi terorisme telah ada sejak sebelum 1880.

“Jadi ISIS bukan satu satunya teroris di dunia dan bukan satu-satunya yang menggunakan ideologi agama. Karena terorisme telah ada sejak lama. Awalnya kemunculanya yaitu di Rusia,” papar dia.

Masyarakat kata Yusuf, perlu tahu bahwa melawan teroris bukanlah melawan umat Islam. Sebab terorisme telah menjadi masalah dunia. Semua pemimpin dunia mengutuk aksi terorisme. Begitu juga tokoh agama dan tokoh bangsa kita sejak dulu dan sekarang.

“Buku ini dari judulnya memang serem. Tapi rupanya hanya untuk mempertegas adanya stima negatif yang terbentuk di masyarakat melihat simbol-simbol agama seperti cadar,” urainya.

*Kahaba-03