Kabar Bima

Beri Kami Drainase, Bukan Mie Instan

200
×

Beri Kami Drainase, Bukan Mie Instan

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Banjir yang kerap melanda Kota Bima beberapa tahun terakhir diyakini karena buruknya sistem drainase. Karena itu para warga korban banjir di Kelurahan Melayu Kecamatan Asakota mengharapkan dukungan pemerintah tidak terbatas pada bantuan tanggap darurat saja, melainkan pembenahan menyeluruh pada sistem drainase di daerah itu.

Banjir besar melanda Kelurahan Melayu, Jumat 1 Februari 2013. Foto: Arief
Banjir besar melanda Kelurahan Melayu, Jumat 1 Februari 2013. Foto: Arief

Seperti yang diutarakan oleh M. Andi (40), warga Kelurahan Melayu yang berdomisili di RT 09 RW 05,  menjadi langganan banjir membuat warga Melayu was-was setiap musim penghujan datang. Pada hari Jum’at (1/2/2013) lalu, sejumlah pemukiman warga di beberapa kelurahan wilayah utara Kota Bima diterjang banjir setinggi satu meter.

Beri Kami Drainase, Bukan Mie Instan - Kabar Harian Bima

Menurutnya selain letak Melayu yang berada di sekitar muara sungai, kondisi jalan dan drainase yang buruk membuat kelurahan ini kerap kebanjiran. Karenanya, ia mengharapkan para pimpinan daerah agar lebih memperhatikan kebutuhan dan keperluan warga Melayu yang menginginkan banjir tidak lagi menjadi momok yang mengancam mereka tiap tahun.

Lanjutnya, warga Melayu merasa sangat berterima kasih pada Pemerintah Kota Bima yang dengan sigapnya turun dan memberikan bantuan, walaupun hanya berupa mie instan saja. Namun lebih dari itu, menurutnya pembenahan menyeluruh  sistem drainase dan jalan di kelurahan itu harusnya menjadi atensi pimpinan daerah.

“Kemarin bantuan sudah turun, tapi yang dibutuhkan warga bukan tiga bungkus mie Sakura per KK, melainkan perbaikan drainase dan jalan untuk mencegah genangan banjir,” kata dia ketika diwawancarai di kediamannya pada hari Senin (4/2/2013).

Menurutnya, banjir yang terjadi setiap tahunnya tidak hanya diakibatkan curah hujan yang tinggi. selokan-selokan di wilayah itu tidak bisa mengalirkan banyak air karena pendangkalan akibat lumpur yang tertinggal setiap terjadinya banjir. Selain itu saluran air dirasakan telalu sempit sehingga tidak maksimal mengalirkan air hujan.

Selain masalah drainase, akses jalan yang sampai saat ini masih berupa tanah dan batu menurut dia juga biang masalah. Usai banjir melanda, biasanya jalan dan lorong di dalam pemukiman warga tidak dapat dilalui karena dipenuhi lumpur. Akibat sulitnya membersihkan lumpur di jalan yang belum beraspal, praktis aktivitas warga setempat terganggu.

Tambah Andi, setiap usai terjadinya banjir, pejabat Kota Bima selalu meninjau kondisi warga. Setiap kesempatan itu pula warga kerap menyampaikan keluhan tentang kondisi jalan dan drainase. Namun apa yang diharapkan warga selama lima tahun terakhir tidak pernah direalisasikan. Karenanya Andi berharap kepada Walikota Bima, H. Qurais H, Abidin untuk merespon keluhan para warga. [BS]