Kabar Bima

Dua Tahun Terbaring, Mursina Menunggu Mukjizat

332
×

Dua Tahun Terbaring, Mursina Menunggu Mukjizat

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Mukjizat, hal itu mungkin yang paling dibutuhkan oleh seorang Mursina Jumhari (25 tahun) warga RT 10 RW 02 Desa Parado Wane Kecamatan Parado Kabupaten Bima. Bagaimana tidak, ditengah keterbatasan ekonomi keluarga, ibu muda ini harus menghabiskan waktunya diatas tempat tidur akibat penyakit kandungan yang dua tahun terakhir menggerogotinya.

Mursina terbarin lemah akibat penyakit yang menderanya.
Mursina terbarin lemah akibat penyakit yang menderanya.

Mursina mengaku tidak tahu pasti apa yang menjadi sebab deritanya itu. Yang ia tahu, rasa sakit di bagian perut bermula setelah dirinya melahirkan putri pertamanya pada tanggal 28 Mei 2011. Tidak ada yang aneh pada awal tanda-tanda sakitnya, ia hanya merasakan sakit dibagian perut, pegal dan nyeri. “Saya kira hanya sakit biasa saja setelah melahirkan. Tak ada tanda-tanda keanehan sediktipun,” akunya melalui percakapan telepon Senin (18/3/2013) lalu.

Dua Tahun Terbaring, Mursina Menunggu Mukjizat - Kabar Harian Bima

Khawatir dengan kondisi perutnya, ia mengaku pernah memeriksakan kondisinya di Puskesmas setempat. Karena sakit yang dialaminya tak bisa ditangani di Pusesmas, petugas setempat lalu menyarankan Mursinah mendapatkan penanganan medis di RSUD Bima. “Saat periksa itu, saya divonis menderita penyakit infeksi nifas usai melahirkan,” tutur Mursina.

“Kata Dokter di dalam perut saya banyak cairan berupa nanah dan nifas yang sudah terinfeksi sehingga harus dioperasi,” lanjutnya lagi. Karena keterbatasan dokter ahli dan perlengkapan medis di RSUD Bima, ia kemudian kembali disarankan untuk merujuk berobat ke Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Mataram. Namun apalah daya Marsinah,   saran tersebut tidak bisa diwujudkannya karena  dihalangi oleh kondisi keuangannya yang serba terbatas. Oleh keluarga dan suami, ia pun dibawa pulang kembali ke desanya.

Hari berganti hari, perut wanita malang itu makin membesar. Karena rasa sakit itu menderanya setiap kali beraktivitas, kini ia praktis menjalani hari demi harinya di atas tempat tidur rumah panggungnya yang sederhana.

Suami dan keluarga Mursina pun tidak bisa berbuat banyak. Hidup miskin membuat mereka harus pasrah dan menerima keadaan. Keinginan untuk berobat, hanya hayalan dan cerita hidup yang tak mungkin bisa diwujudkan. Karena hidup dengan segala keterbatasan, perempuan itu hanya bisa berobat seadanya di kampung.

Diakuinya juga, pihak keluarga pernah meminta belas kasihan kepada Pemerintah Kabupaten Bima. Saat itu dirinya hanya dibantu berupa biaya berobat sebesar Rp1 juta oleh Bupati Bima. Kendati demikian, biaya itu tidak cukup untuk berobat lanjut keluar daerah sehingga hanya dipakai membeli obat-obatan dan pemeriksaan rutin ke dokter.

Dengan kondisi kesehatan dan ekonomi keluarganya sekarang, Mursina yang kian lemah hanya bisa berharap dan berdoa. Dukungan keluarga serta menyaksikan Sakinah (2 tahun) buah hatinya yang kini berumur dua tahun tumbuh menjadi motivasinya untuk terus bertahan menanti kesembuhan yang tak pasti kapan datang. Ia terus meyakini, mukjizat Tuhan akan datang dan membebaskannya dari sakit yang mendera. Keajaiban yang mungkin datang dari uluran tangan orang-orang yang peduli, semoga. [BK/BQ]

Jurnalis Kota Bima yang tergabung dalam Mbojo Journalist Club (MJC) menggalang kepedulian dari seluruh pembaca untuk membantu meringankan beban Ibu Mursina. bantuan dana dapat disalurkan melalui rekening atas nama Indra Gunawan Ketua Mbojo Jurnalis Club (MJC) Bima dengan nomor 0106517826 (BNI).

Sementara itu melalui jejaring sosial Facebook penggalangan dana secara swadaya digalakkan untuk membantu Muhsina berobat lanjut. Salah satu lembaga masyarakat Bima di Jakarta membuka Dompet Peduli Muksina melalui rekening atas nama Forum Komunikasi Kasabua Ade dengan nomor 129-00-100-9013-8 (Mandiri).