Opini

Moralitas Berdemokrasi (Sebuah Refleksi Pemilukada di Tanah Bima)

204
×

Moralitas Berdemokrasi (Sebuah Refleksi Pemilukada di Tanah Bima)

Sebarkan artikel ini
Oleh: Muhammad Fauzi Ahmad*

Opini, Kahaba.- Pemilukada di kota Bima yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi, memakai sistem terbuka dan pemilihan langsung merupakan proses peningkatan dosis dalam berdemokrasi. Atribut dan foto sang calon mewarnai dan menghiasi jalan-jalan protokol sampai pelosok. Slogan dan janji politik menjadi lips service dalam setiap turba (turun ke bawah), maupun melalui sarana media massa, baik cetak maupun elektronik. Peran kandidat calon dan tim sukses menjadi sesuatu yang urgen di dalam memberikan pencerahan dan pendidikan berdemokrasi.

Ilustrasi
Ilustrasi

Delapan pasangan bakal calon Walikota-Wakil Walikota yang meramaikan Pemilukada Kota Bima adalah sesuatu realitas politik yang menarik untuk dikaji sebagai fenomena dinamika perpolitikan elite di era otonomi daerah.  Banyaknya pasangan bakal calon ini pertanda animo masyarakat dalam meramaikan konstelasi dan suksesi politik di daerah dalam stadium tinggi. Suhu politik di Kota Bima mengalami lonjakan yang sangat tinggi, diwarnai dengan dideklarasikan berbagai pasangan bakal calon, baik yang berasal dari daerah, maupun dari luar Bima, baik yang pernah menjabat walikota maupun anak pejabat yang pernah menjabat, mulai dari adanya koalisi partai, koalisi mempertimbangkan wilayah sampai antara tokoh politik lokal. Isu tokoh lokal sudah mulai mengemuka, dan itu semua merupakan wujud nyata implementasi hak konstitusional sebagai warga negara, baik hak dipilih maupun memilih.

Moralitas Berdemokrasi (Sebuah Refleksi Pemilukada di Tanah Bima) - Kabar Harian Bima

Esensi dari suatu pemilukada yaitu memilih kader terbaik daerah yang memiliki visi, misi dan strategi yang jelas dan terarah dan dapat diaplikasikan di level bawah sehingga daerah Bima bisa bersaing dan berkompetisi serta dapat mengakhiri ketertinggalannya dari daerah-daerah lain. Sama seperti didaerah lainnya, Bima merupakan salah satu daerah yang sangat tinggi tingkat antusiasnya dalam mensukseskan pesta demokrasi. Setelah tahun 2010 dilaksanakan pemilihan Bupati Bima, pada tahun ini (2013) akan diadakan pemilihan umum kepala daerah kota Bima (walikota/Wakil walikota).

Euforia demokrasi seperti ini suatu keniscayaan bagi tumbuh dan kembangnya kematangan sikap moral berpolitik warga negara. Dinamika dan stabilitas politik di daerah Bima sekarang ini ditentukan dan mengikuti ritme, irama “permainan” elite yang sedang bertarung di arena pemilukada ini. Euforia berdemokrasi di daerah memerlukan panduan dan tuntunan dari “the ruling elite” agar terjaga dan tercipta suasana kondusifitas serta kenyamanan berpolitik di tingkat bawah (rakyat). Panasnya suhu politik, ditandai dengan koalisi partai politik, baik partai yang memiliki perwakilan di parlemen pusat (DPR), maupun partai politik non parlemen serta bakal calon yang mendaftar melalui jalur independen (non partai) menjadikan pemilukada kota bima sesuatu yang menarik.

Berkoalisi sebelum dilaksanakan Pemilukada merupakan hal yang biasa, seperti halnya di daerah Bima. Sudah muncul beberapa nama kandidat yang menghiasi konstelasi perpolitikan lokal, ada yang dari luar daerah Bima yang asli Bima maupun dari tokoh lokal sendiri. Mulai adanya deklarasi dari sebagian kandidat mempertinggi tensi suhu politik, diiringi dengan munculnya deklarasi dari kalangan yang sedang memerintah incumbent menambah hangat suasana.

Cuma ada beberapa catatan yang harus digarisbawahi oleh kalangan incumbent yang telah maupun yang akan medeklarasikan diri, mengingat Pemilukada masih beberapa bulan lagi, agar tidak terburu-buru memikirkan jabatan 5 tahun kedepan. Perbaiki dulu kinerja dan koordinasi birokrasi, tunjukkan prestasi yang telah diperbuat bagi kemajuan daerah. Ditengah koordinasi birokrasi dilevel daerah yang masih carut-marut, kinerja birokrasi masih dipertanyakan dan keberhasilan masih jauh dari harapan. Mari kita berdemokrasi dengan dibumbui moralitas serta dihiasi kearifan-kearifan lokal yang diajarkan oleh budaya dan tanah leluhur kita.

* Penulis adalah  Peneliti di Lembaga Kajian Kebijakan Publik dan Otonomi Daerah (Lekakapoda) Malang.
Mengenal Penyebab Kebakaran dan Penanganan Dini - Kabar Harian Bima
Opini

Oleh: Didi Fahdiansyah, ST, MT* Terdapat Peribahasa “Kecil Api Menjadi Kawan, Besar Ia Menjadi Lawan” adapun artinya kejahatan yang kecil sebaiknya jangan dibiarkan menjadi besar. Begitupun…