Kabar Bima

Karyawan Pabrik Roti Asal Sumba ‘Diperbudak’

813
×

Karyawan Pabrik Roti Asal Sumba ‘Diperbudak’

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Praktek ‘perbudakan’ modern seperti yang terjadi di Tangerang beberapa waktu yang lalu rupanya juga terjadi di Kota Bima. Tiga orang karyawan pabrik roti yang beralamat di Kelurahan Rabadompu Barat diterlantarkan pemilik usaha. Pekerja asal asal pulau Sumba NTT masing-masing atas nama Domi (24), Ompu Tamu (18) dan Yanto (18) itu pun berhasil kabur.

Ilustrasi
Ilustrasi

Sebelum pelarian itu, praktek tidak manusiawi dari pabrik roti yang berlokasi di RT 10 RW 03 Lingkungan Kota Baru Kelurahan Rabadompu Barat Kecamatan Raba Kota Bima praktis tidak diketahui masyarakat awam. Untungnya pekerja asal Kabupaten Waingapu itu berhasil melarikan diri dari tempatnya bekerja dan kini sementara ditampung di kediaman Najamudin, warga RT 02 Rw 01 Kampung Temba.

Karyawan Pabrik Roti Asal Sumba 'Diperbudak' - Kabar Harian Bima

Pasca kabur dari perusahaan ketiganya hanya meminta dipulangkan ke kampung halamannya. Ditemui wartawan di tempat penaampungan sementara hari Kamis (6/6) kemarin, Domi, salah seorang pekerja menuturkan sejumlah perlakuan tidak manusiawi yang dialaminya.

Selama empat bulan bekerja, pemilik usaha itu tidak memberikan gaji yang layak. Alih-alih mendapat upah sesuai UMR, para pekerja terkadang diupah Rp 20 ribu hingga  Rp 50 ribu saja setiap bulannya. Padahal menurut pengakuan mereka, saat dijemput dari kampungnya dulu sang pemilik menjanjikan akan membayar mereka Rp 450 ribu setiap bulannya.

Selain permasalahaan gaji, perlakuan yang mereka dapatkan dari bos mereka sungguh memilukan. Bayangkan saja, mereka harus bekerja selama 15 jam terhitung mulai pukul  tujuh pagi sampai dengan jam 12 malam. Dengan jam kerja seperti itu, perusahaan hanya menyediakan jatah makan dua kali setiap hari.  Domi dan kedua kawannya hanya boleh makan pada waktu siang dan pada pukul delapan malam. Itupun akunya, makanan tidak disediakan oleh perusahaan. Mereka masih harus memasak sendiri.

“Karena jatah makan kurang, empat bulan ini  ini kami sering mendapatkan makanan dari warga sekitar yang merasa iba dengan nasib kami.” pungkas Domi.

Lanjutnya, ketiga orang itu terpaksa kabur dari perusahaan. Selain tak tahan dengan perlakukan yang dialami, mereka hendak menuntut gaji mereka yang tak kunjung dapatkan. Domi mengaku, walaupun semua pekerjaan membuat roti itu mereka laksanakan, tetapi tidak pernah ada penjelasan dari pemilik perusahaan kenapa gaji mereka selama bekerja tidak mau dibayarkan.

Sementara itu manajer perusahaan yang bernama Gebi itu, diakui Domi  sangat keras terhadap para pekerja. Mereka kerap dibentak dan diancam dengan kata-kata kasar sehingga tidak ada satupun yang berani melakukan protes. ”Kalau mau gaji, minta sana sama bos di Bali,” ujar Gebi seperti yang dituturkan Domi saat mereka menagih ganji pada pihak perusahaan.

Kepada Kahaba Domi pun menuturkan, dirinya sudah tak tahan lagi bekerja. Ia hanya iminta dipulangkan kembali ke kampung halamannya. “Saya sudah tak tahan lagi pak, keinginan saya sekarang hanya minta gaji dibayarkan selama empat bulan bekerja agar saya bisa kembali ke Sumba,” ujarnya. [BS]