Kabar Bima

Alwi: Prinsip Pendidikan, Terapkan Pendidikan Karakter

245
×

Alwi: Prinsip Pendidikan, Terapkan Pendidikan Karakter

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Bima, Drs. Alwi Yasin Map mengatakan, meningkatkan kualitas dunia pendidikan di Kota Bima sebenarnya tidak sulit. Hanya berpegang pada prinsip dasar pendidikan yang baik, dan memulainya dengan pendidikan berkarakter.

Kepala Dinas Dikpora Kota Bima Drs. Alwi Yasin, M.AP. Foto: Agus
Kepala Dinas Dikpora Kota Bima Drs. Alwi Yasin, M.AP. Foto: Agus

Alwi yang baru saja dilantik dan menakhodai Dikpora Kota Bima itu mengatakan, komitmennya mengawali kepemimpinan di Dinas itu yakni dengan memegang filosofi langkah pertama menentukan seribu langkah kedepan.

Alwi: Prinsip Pendidikan, Terapkan Pendidikan Karakter - Kabar Harian Bima

Artinya menanamkan pondasi pendidikan yang berkarakter pada semua tingkatan, menjadi kata kunci pencerdasan anak bangsa. “Pendidikan berkarakter yakni dimulai dari pendidikan akhlaq atau pendidikan berdasar pondasi agama,” jelasnya.

Menurut mantan Sekretaris Dikpora Kota Bima itu, yang sangat disayangkannya yakni selama ini siswa begitu alergi dengan pelajaran agama. Padahal pendidikan akhlaq yang baik pada seluruh siswa akan berimplikasi pada seluruh pelajaran keilmuan yang lainnya.

“Bayangkan banyak sekali siswa yang tidak bisa membaca tulis Al Qur’an dan memahami tata cara sholat,” ungkapnya.

Kedepan ia memastikan, akan diupayakan seluruh lembaga pendidikan mulai dari TK hingga SMA, mengawali dan mengakhiri jam pembelajaran di sekolah dengan menyisipkan siraman rohani. “Itu menjadi prasyarat kenaikan kelas,“ katanya.

Disisi lain konsep yang akan dibangun dirinya pada dunia pendidikan, mengembalikan guru pada fungsinya. Artinya, guru tidak lagi berorientasi pada penghasilan sebagai imbalan dari bekerja. Tetapi mengajar dengan marwah sebagai orang tua dan pembimbing siswa.

Fenomena kekinian jelasnya, guru hanya berkutat pada transaksional upah dari bekerja, sibuk dengan tunjangan sertifikasi guru. Kalau guru sudah berpikir ekonomis dan memiliki moral berpikir sebagai pekerja dengan berharap upah, rebutan jam mengajar untuk memenuhi kuota sertifikasi, maka dunia pendidikan bisa merugi.

*DEDY