Kabupaten Bima, Kahaba.- Isu yang selama ini Pura di Tambora yang dibangun diatas mata air, tidak sepenuhnya benar. Karena mata air, yang dianggap sebagai air suci oleh umat Hindu di Desa Oi Bura itu hanya dibangun bak tempat penampungan rembesan air gunung. Itupun telah dibongkar karena mendapat protes warga. (Baca. Pura Diatas Sumber Air, FUI Datangi MUI)
Pantauan Kahaba, letak rembesan air gunung yang ditampung itu berada kurang lebih 400 meter dari pembangunan Pura (Baca. Luas Pura di Tambora, 38 Meter X 74 Meter). Dari tempat ibadah umat Hindu tersebut, kita harus turun berjalan kaki, melewati sejumlah pohon besar yang rindang.
Menurut Pemangku Pura Agung Udaya Parwata, Jero Mangku Gede Tambora, yang dibangun dimata air itu bukan Pura, tapi tempat mengambil air suci. Keberadaannya pun tetap dijaga dengan baik. Tidak untuk dikotori.
“Air itu juga untuk kebutuhan warga di Desa Oi Bura dan sekitarnya. Kita menjaganya dengan baik, karena kami anggap sebagai air suci,” ujar Jero.
Bak air itu dibangun tertutup untuk menampung rembesan air. Di beberapa titik bak juga terlihat pipa kecil, yang digunakan untuk mengambil air.
“Tahun 2013 lalu bak air dibangun. Ibarat orang Muslim, disekitar Masjid, ada tempat untuk berwudhu. Demikian juga kami, air itu kami lestarikan untuk diambil sebelum beribadah,” jelasnya.
Karena diprotes warga, lanjut pria yang datang ke Bima tahun 1985 dan pernah menetap di Desa Tente itu, akhirnya dibongkar. “Ya kesepakatannya dengan warga setempat dibongkar, dan bak air ini belum sempat diresmikan,” tuturnya. (Baca. Tolak Pura Tambora, Ini Pernyataan Sikap FUI Bima)
Meski demikian, ia berharap mereka tetap bisa beribadah dengan baik, damai. Bila perlu tidak diserang dengan isu isu yang tidak benar. “Harapan kami, kita saling menghormati dan damai beribadah,” pintanya.
*Bin