Kabar Bima

Taman Nasional Komodo, “Momok” Bagi Nelayan

240
×

Taman Nasional Komodo, “Momok” Bagi Nelayan

Sebarkan artikel ini

Bima, Kahaba.-  Tim investigasi penembakan nelayan asal Kabupaten Bima di perairan Pulau Komodo mengekspose kasus tersebut. Anggota Komisi I DPRD kabupaten Bima, Firdaus, SH, MH menerangkan bahwa hasil investigasi yang dilakukan dalam rangka mencari tahu latar belakang penembakan untuk kemudian dibawa ke Sidang Paripurna DPRD Kabupaten Bima.

Taman Nasional Komodo, "Momok" Bagi Nelayan - Kabar Harian BimaTaman Nasional Komodo/Foto: wikipedia.org

Firdaus yang juga selaku Ketua Tim menjelaskan, bahwa investigasi kasus penembakan yang dilakukan oleh Petugas Jaga Wana bukan dalam maksud mengintervensi kasus hukum yang sedang berjalan. Tetapi, sebatas mengetahui perihal kebenaran yang terjadi. Ternyata, bukan hanya penembakan terhadap warga Kabupaten Bima saja, persoalan yang sama pun dirasakan warga kabupaten Manggarai Barat. Dan saat ini, pihaknya sudah berkordinasi dengan Bupati Manggarai Barat dalam membahas persoalan tersebut.

Taman Nasional Komodo, "Momok" Bagi Nelayan - Kabar Harian Bima

Selain Bupati Manggarai Barat, Firdaus dan timnya pun bertemu dengan Kepala Balai Konservasi Taman Nasional Komodo untuk mengetahui kebenaran atas peristiwa penembakan yang terjadi. Dari keterangan Kepala Konservasi, Lanjut Firdaus, bahwa nelayan asal Sape berusaha menabrakan perahunya ke Petugas Jaga Wana, sehingga di balas dengan penembakan.

“Belum ada tersangka dalam kasus penembakan tersebut, dan saat ini prosesnya masih dilakukan penyelidikan oleh Polres Manggarai Barat,” terang Firdaus via selluler, Senin, 21 Mei 2012.

Firdaus menambahkan, korban yang tertembak ada 3 orang. Dan setelah kejadian para korban tidak dilakukan otopsi. Sehingga susah untuk mengetahui jenis proyektil peluru yang bersarang di tubuh korban. Sedangkan lima orang warga lainnya masih diproses di wilayah hukum Manggarai Barat dengan tuduhan melakukan tindak pidana memasuki wilayah kawasan yang dilarang atau otoritas komodo. Tuduhan itu juga berdasarkan bukti yang diajukan pihak Jaga Wana berupa bubuk komponen yang bisa dijadikan bahan peledak.

Firdaus pun merasa ada kejanggalan saat investigasi dilakukan, di mana Barang bukti dan saksi hanya diberikan oleh pihak Jaga Wana. Ia pun berharap agar Pemerintah Kabupaten Bima dan Manggarai Barat membahas kasus penembakan secara serius dalam menyelesaikan persoalan para nelayan itu. Agar pulau komodo tidak menjadi momok bagi nelayan, melainkan mampu memberikan manfaat.

“Kami pun akan bertemu dengan Kementerian Kehutanan, karena Petugas Jaga Wana ini merupakan petugas Kehutanan,” tambah Firdaus. [BS]