Kabar Bima

Mobil Simpatisan DINDA Dilempar, Dua Warga Terluka

352
×

Mobil Simpatisan DINDA Dilempar, Dua Warga Terluka

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Mobil simpatisan pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Bima DINDA dilempar orang tak dikenal di perbatasan Desa Renda dan Desa Cenggu, Minggu (4/10) sekitar pukul 21.30 Wita.

Komalasari, korban pelemparan warga tak dikenal saat dirawat di RSUD Bima. Foto: Bin
Komalasari, korban pelemparan warga tak dikenal saat dirawat di RSUD Bima. Foto: Bin

Akibat kejadian tersebut, dua orang perempuan menjadi korban. Salah satunya, Komalasari – adik istri Dahlan M. Noer, Calon Wakil Bupati Bima dari Pasangan DINDA – harus dilarikan ke RSUD Bima, karena mengalami luka serius di bagian wajah dan bibir. Sementara korban lain, Haerani, mengalami luka lebam dibagian lengan kanan dan kuping kanan.

Mobil Simpatisan DINDA Dilempar, Dua Warga Terluka - Kabar Harian Bima

Saat ditemui di ruangan IGD RSUD Bima, Haerani mengatakan, saat pulang ikut kampanye pasangan DINDA di Kecamatan Langgudu, mobil mereka yang beriring – iringan dengan mobil lain, tiba – tiba dilempar orang tak dikenal di perbatasan Desa Renda dan Cenggu.

“Mobil yang iring – iringan tadi banyak. Tapi hanya empat mobil yang rusak dilempar orang. Sementara korban pelemparan yang saya tahu hanya saya dan Komalasari,” ujar warga Desa Rabakodo itu.

Haerani saat memberikan keterangan di RSUD Bima. Foto: Bin
Haerani saat memberikan keterangan di RSUD Bima. Foto: Bin

Diakuinya, pelaku melempar dari arah samping, karena mobil terus melaju, batu berukuran besar menghantam kaca bagian belakang mobil yang ditumpanginya. “Di dalam Mobil kami ada empat orang, salah satunya Anggota DPRD Kabupaten Bima. Tapi yang luka parah hanya Komalasari, dia berlumuran darah dibagian wajah,” tuturnya.

Setelah aksi pelemparan tersebut, sambungnya, mobil yang beriringan melaju dengan cepat, khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi. “Kami tidak berhenti, kalau berhenti kami bisa mati,” katanya dengan terus menahan rasa sakit dibagian tangannya dan menambahkan ia tidak tahu siapa pelaku pelemparan tersebut.

Sementara Komalasari yang berusaha diwawancarai, belum bisa memberikan keterangan, karena mulutnya masih berlumuran darah dan balut verban. Ia seperti memberi isyarat dengan menunjuk Haerani saja yang memberikan keterangan.

*Bin