Kota Bima, Kahaba.- Tiba – tiba saja warga di Lingkungan Tolobali RT 14 RW 05 Kelurahan Sarae dikagetkan dengan munculnya material untuk pekerjaan proyek Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di tanah Kuburan lingkungan setempat.
Warga pun memprotes, karena proyek itu tidak ada sosialisasi dan persetujuan warga. Sebab, warga sekitar tidak ingin menerima dampak limbah sampah yang bau dan menjijikan.
Yuli Syamsuddin, warga setempat, mengeluhkan sikap pemerintah Kelurahan Sarae yang memilih tidak melewati proses sosialisasi tentang rencana pembangunan TPS tersebut. Dirinya dan sejumlah warga yang berada disekitar proyek akan menerima dampak langsung.
“Saya dan orang – orang disekitar rumah saya tidak pernah diberitahu soal sosialisasi proyek tersebut. Tiba-tiba saja muncul material, padahal dari sisi lokasi rumah kami yang paling dekat,” sorotnya kepada kahaba.net, Rabu (12/10).
Yuli pun menilai ada keanehan dari proyek itu, siapa kontraktor yang mengerjakan juga tidak diketahui, karena plang pemberitahuan tidak ada. Ditambah lagi material bangunan, datang saat malam hari, sehingga terkesan sembunyi-sembunyi.
“Aneh ada proyek, tapi plang pengerjaan tidak ada, ini proyek siluman kali ya,” tanyanya.
Setelah dilakukan kroscek, ternyata proyek tersebut merupakan pembangunan tempat kontainer sampah. Padahal bila dilihat dari segi tempat dan lokasi, tidak cocok untuk dijadikan tempat pembuangan sampah.
“Masa pembangunan landasan dasar kontainer sampah ada dalam wilayah kuburan. Itu kuburan loh, bukan disimpan untuk sampah,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala MAN 1 Kota Bima H. Syahruddin, dimana selama ini kelurahan tidak pernah mengundang pihak sekolah, untuk sekedar sosialisasi dan koordinasi tentang tempat pembuangan sampah tersebut.
“Pihak kelurahan tidak pernah mengundang kami, padahal bila dari titik lokasi pembangunan landasan kontainer sampah. MAN 1 sangat dirugikan, karena merasakan dampak langsung aroma busuk sampah,” ungkapnya.
Syahruddin menambahkan, perihal fungsi dan efektivitasnya, proyek itu sebaiknya diganti saja untuk pengadaan truck sampah. Lebih berfungsi dan tidak merugikan orang lain.
“Percuma ada pembangunan landasan kontainer sampah, bila mobil kebersihan masih aktif mengelilingi lingkungan untuk mengangkut sampah,” bebernya.
Sementara itu Seklretaris Lurah Sarae Fazhur Rachman yang dikonfirmasi menjelaskan, pembangunan itu berasal dari program bantuan dari NUSP Kota Bima, yang dikerjakan oleh BKM Kelurahan Sarae. Untuk sosialisasi, sudah dilakukan sejak tahun lalu, cuma baru terealisasi pada tahun ini.
“Tapi untuk lebih jelasnya, NUSP sebagai lembaga tekhnis yang menjelaskan,” ucapnya.
Sementara itu Koordinator NUSP Kota Bima Ady Kusuma yang dimintai tanggapan mengaku pembangunan tiga landasan pacu kontainer telah melalui tahapan dan mekanisme aturan. Tentunya melalui sosialisasi intens sebanyak lima kali, dengan mengundang seluruh perangkat RT dan RW termasuk warga sekitar lokasi.
“Polemik yang diungkapkan warga tidak mendasar, dan terkesan memaksakan diri. Setahu kami, sosialisasi melalui pertemuan rapat dan mbolo kampo, warga diundang semua dan tidak ada penolakan,” paparnya.
Kemudian terkait penentuan lokasi telah dilandasi musyawarah mufakat, seluruh elemen masyarakat dan semuanya menyetujui. Meskipun ada satu dua yang menolak, itu tidak jadi masalah dan pembangunan tetap dilakukan, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Bukan berdasarkan penolakan satu dua orang saja, tapi ini menyangkut kepentingan umum.
Dikatakan masih adanya penolakan warga sekitar lokasi, NUSP tidak mempermasalahkan karena masih membuka ruang diskusi kembali dan mencari solusi. Sebab bila dilihat dari sisi lain, pembangunan tersebut sangat menguntungkan.
“Tujuan kami untuk mengurangi masalah sampah ditengah masyarakat, karena kedepan sampah yang dibuang masyarakat, rutin akan di ambil oleh petugas kebersihan. Ditambah lagi ada bank sampah kelurahan setempat, yang siap membantu pengambilan sampah yang bermutu,” tandasnya.
Ditambahkan Ady, terkait penentuan lokasi juga telah melalui musyawarah mufakat, sehingga tidak perlu dipersoalkan karena tidak ada penolakan sejak awal.
“Pembangunan tetap dilakukan, demi kepentingan umum,” ucapnya sembari berlalu pergi.
*Eric