Kabar Bima

Nasib Tenaga Pendidik di Tambora, Guru Sukarela Jadi Tumpuan

488
×

Nasib Tenaga Pendidik di Tambora, Guru Sukarela Jadi Tumpuan

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Masih minimnya distribusi tenaga guru berstatus Pegawai Negeri Sipil, membuat guru sukarela dihampir semua desa di Kecamatan Tambora harus bekerja ekstra. Bahkan, puluhan guru sukarela disana menjadi tumpuan utama sebagai tenaga pengajar.

Guru Sukarela di Tambora saat berpose bersama siswa. Foto: Ady
Guru Sukarela di Tambora saat berpose bersama siswa. Foto: Ady

Tak jarang, para tenaga pendidik didaerah tertinggal ini harus memborong semua tugas mengajar seharian, ketika sedikit guru yang hadir. Kondisi ini kian diperparah dengan minimnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan mereka.

Nasib Tenaga Pendidik di Tambora, Guru Sukarela Jadi Tumpuan - Kabar Harian Bima

Seperti diutarakan salah satu Guru Sukarela dari SDN Tambora, Amiruddin. Sarjana Pendidikan jebolan STKIP Bima ini mengaku, di sekolah tempatnya mengajar hanya satu guru berstatus PNS. Yakni Kepala Sekolah yang juga merangkap mengajar seperti guru lainnya.

“Kalau beliau tidak hadir, semua tugas di sekolah dihendel guru sukarela seperti kita,” ceritanya saat dihubungi media ini, kemarin.

Amiruddin kerap kali mengisi sendiri tugas mengajar semua siswa mulai dari kelas I sampai kelas VI kalau guru lain tidak hadir. Ia sadar, jarak sekolah yang cukup jauh dengan kondisi jalan rusak, merupakan tantangan berat yang dihadapi para pendidik di Tambora.

“Tempat tinggal saya dengan sekolah jaraknya sekitar 1 kilo lebih. Sering jalan kaki juga kalau ke sekolah. Rumah saya masih cukup dekat dibanding teman-teman guru lain,” tutur Amir sapaan akrabnya.

Namun, berangkat dari kepedulian terhadap dunia pendidikan dan nasib generasi bangsa di Tambora, Ia bersama rekan-rekan seprofesi seakan sudah memaklumi semua keterbatasan tersebut. Mau-mau tidak mau tanggungjawab harus dilaksanakan sebagai guru.

“Kalau kita meninggalkan mengajar, siapa lagi yang akan mendidik anak-anak di Tambora. Tak semua guru mau datang ke daerah yang jauh ini,” ujarnya.

Cerita perjuangan Amiruddin untuk mengabdi juga hampir sama dirasakan guru sukarela lainnya, Sugeng Purnomo. Setiap hari Sugeng harus menyebrangi sungai dan jalan rusak dengan jarak tempuh sekitar 4 kilo untuk sampai ke sekolah. Maklum lokasi SDN Tambora berada di Desa Oi Bura sedangkan Ia tinggal di Desa Kadindi Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.

Untuk memangkas jarak, waktu, tenaga dan biaya, Sugeng pernah memutuskan tinggal dikamar penjaga sekolah sekalian untuk menjaga sekolah. Sebab gajinya sebagai guru pernah dibayar Rp 300 ribu pertiga bulan, hanya cukup untuk biaya makan istri dan anaknya sehari-hari. Tetapi hanya bertahan beberapa tahun saja lantaran tidak ada penduduk lain yang tinggal disekitar sekolah.

Sekarang diakuinya, gaji guru sukarela sudah naik menjadi Rp700 ribu pertiga bulan sekali. Hanya saja, dengan beban tugas yang cukup berat dan kebutuhan hidup mahal, tetap saja kenaikan gaji itu belum mampu menutupi pengeluarannya setiap bulan.

“Kami para guru sukarela di Tambora hampir dipastikan semuanya tidak ada yang memperoleh tunjangan daerah terpencil. Meski sudah sering kami suarakan, belum ada perubahan apa-apa sampai saat ini,” akunya.

Bicara soal dukungan fasilitas guru sukarela maupun fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah kata dia, masih sangat memprihatinkan. Kondisi ruangan tempat belajar hanya empat lokal, tidak ada perpustakaan, tidak ada WC dan tidak ada ruangan guru maupun kepala sekolah.

“Disini semua serba terbatas dan sangat jauh kondisinya bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah megah dipusat Pemerintah Kabupaten Bima. Modal semangat saja mungkin yang lebih disini,” tutur Sugeng.

Karena itu, pada momentum peringatan Hari Guru Nasional ini, Amiruddin dan Sugeng tidak berharap banyak kepada pemerintah, hanya meminta agar lebih memperhatikan dunia pendidikan di Tambora dan nasib para tenaga pengajar.

Keduanya, memang hanya potret terkecil dari kondisi guru di Kecamatan Tambora. Masih banyak persoalan guru sukarela lainnya yang mengabdi di wilayah terpencil tersebut yang tak kalah gigih mengabdikan diri untuk generasi bangsa, tetapi minim perhatian pemerintah.

*Kahaba-03