Kabar Bima

DPRD: Kritik Boleh, Tapi Jangan Kebablasan

233
×

DPRD: Kritik Boleh, Tapi Jangan Kebablasan

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Media sosial, terutama facebook kini menjadi sarana baru untuk mengekspresikan banyak hal, termasuk mengkritik pemerintah dan kebijakannya. Namun tentu saja, rambu-rambu sebagai pedoman harus tetap diperhatikan agar tidak merugikan orang lain, terlebih menjerumuskan diri sendiri ke proses hukum.

DPRD: Kritik Boleh, Tapi Jangan Kebablasan - Kabar Harian Bima
Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPRD Kabupate Bima, M Natsir. Foto: Bin

Menurut Anggota DPRD Kabupaten Bima, M Natsir, siapapun berhak mengkritik dan menyampaikan pendapat dimuka umum karena undang-undang telah mengaturnya. Baik itu dilakukan secara lisan maupun melalui sarana media sosial. Hanya saja, tidak boleh kebablasan dan keluar dari etika aturan berlaku.

DPRD: Kritik Boleh, Tapi Jangan Kebablasan - Kabar Harian Bima

Hal ini disampaikan Natsir, Kamis (26/1) menanggapi tren penggunaan media sosial akhir-akhir ini yang kerap disalahgunakan sebagai sarana untuk saling menghina dan mencaci maki.

“Saya sebagai orang yang juga menggunakan medsos menangkap kesan, banyak sekali hal-hal yang keluar atau melampaui etika mengkritisi. Kadang-kadang sudah melewati batas kebebasan. Sudah pada tingkat menghakimi dan menghukum,” kata dia.

Menurutnya, kalau dilihat apa yang disampaikan sebagian netizen dalam konteks kritik ada benarnya juga. Namun, sebagian juga cenderung tendensius dan menghakimi pribadi seseorang.

“Entah mungkin karena ada konflik pribadi atau masalah apa, tapi kalau mau memberikan kritik yang membangun itu ya harusnya kita pahami betul persoalan yang dikritik,” ujar Politisi PAN ini.

Natsir mencontohkan, titik lemah dari sebuah hal yang dikritik misalnya apa, kemudian kita mestinya memberikan saran, pendapat dan solusi juga. Hal seperti ini dinilainya baru kritik dan bagian dari kepedulian kita terhadap daerah tercinta.

Disisi lain sambungnya, pemerintah juga tidak boleh alergi dengan kritik. Karena kritikan itu bagian dari sebuah proses bagaimana pemimpin itu untuk menuju kesempurnaan. Dengan kritikan, pemimpin bisa tersadarkan jangan-jangan ada kekeliruan dalam mengambil kebijakan atau mungkin ada hal yang terabaikan.

“Kita yang menjadi obyek kritikan masyarakat, saya rasa tidak perlu terlalu reaktif juga jika kritikan itu masih pada tataran kewajaran, membangun dan mengingatkan kita, karena itu jauh lebih baik. Mari kita selektif, mari kita sikapi semua itu dengan arif dan bijaksana,” ingatnya.

Natsir menambahkan, siapapun itu tentu mengharapkan setiap masukan dari orang selama itu demi kebaikan. Sebab, manusia merupakan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial selalu didasari dengan prinsip simbiosis mutualisme, saling ketergantungan, saling memberi manfaat dan saling mengingatkan.

*Kahaba-03