Kabar Bima

Kartini, Penderita Kanker Ganas ini Butuh Pertolongan

337
×

Kartini, Penderita Kanker Ganas ini Butuh Pertolongan

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Kartini (40) warga RT 16 RW 04 Lingkungan Nggaro Kelurahan Kumbe ini sudah 6 bulan hanya menanti keajaiban. Sebab, kanker ganas yang menyerang payudara kirinya kini kian membesar. Tumor itu begitu sakit, setiap hari ia hanya mengerang dan menahan rasa sakit.

Kartini, Penderita Kanker Ganas ini Butuh Pertolongan - Kabar Harian Bima
Kartini, penderita kanker ganas bersama suaminya Julkarnain. Foto: Bin

Kartini saat disambangi pekerja media, Selasa (21/2) hanya bisa berbaring di tempat tidur. Didampingi suaminya Julkarnain (43), perempuan yang sudah melahirkan tiga orang anak ini melempar senyum kepada wartawan, kemudian kembali merintih sembari memegang payudaranya yang ditutupi sarung.

Kartini, Penderita Kanker Ganas ini Butuh Pertolongan - Kabar Harian Bima

Ia mengaku, sekitar 6 bulan lalu, muncul bengkak kecil pada bagian payudara kirinya. Kian hari, hanya sakit dan panas yang dirasakan. Tidak berselang lama, rasa sakit itu kemudian diperiksa ke dokter.

“Dokter di Bima awalnya vonis kanker. Kemudian disarankan untuk operasi, beberapa daging dibagian payudara kemudian dibawa ke Bali, untuk diperiksa,” ceritanya.

Setelah di operasi sambungnya, sekitar 10 hari menunggu, hasil pemeriksaan di Bali menyebutkan dirinya mengidap kanker ganas pada bagian payudara kiri. Kemudian disarankan untuk kemoterapi ke bali.

“Saya gagal ke Bali karena karena 10 hari kemudian sering sakit perut. Masuk RSUD Bima satu minggu, kemudian keluar. 4 hari kemudian dirawat lagi di RSUD Bima. Tidak sampai sebulan,sakit perut lagi. Keluar masuk RSUD Bima sudah belasan kali,” katanya.

Kartini mengaku, berdasarkan keterangan dokter, dirinya sering sakit perut disebabkan penyebaran sel kanker, kemudian menjalar ke pembengkakan hati. Akibatnya, perut kian membengkak.

“Karena perut membengkak, cairan diperut kemudian disedot,” tuturnya.

Keputusan untuk berobat ke Bali kemudian urung dilakukan, selain beberapa pertimbangan dari dokter dirinya juga diserang sesak napas, kondisi keuangan keluarga juga yang tidak memungkinkan. Suaminya, yang sehari – hari bekerja serabutan, kini hanya bisa menjaganya siang dan malam.

Di tempat yang sama, suaminya Julkarnain mengaku derita yang dialami oleh isterinya itu belum mendapat perhatian dari pemerintah. Bahkan, Lurah Kumbe tidak pernah hadir dan melihat warganya yang dilanda musibah.

“Lurah Kumbe tidak pernah hadir dan melihat kami,” ungkapnya.

Sekarang, Julkarnain hanya berharap ada perhatian pemerintah, untuk meringankan beban dan derita istrinya. Karena bantuan tersebut akan sangat berarti.

*Kahaba-01