NasionalKabar Bima

Google Ungkap Teknik Menangkal Hoax

381
×

Google Ungkap Teknik Menangkal Hoax

Sebarkan artikel ini

Mataram, Kahaba.- Perusahaan search engine terbesar di dunia Google menggelar pelatihan ‘Google News Initiative Training Network’ di Mataram selama 2 hari, Sabtu (1/12) dan Minggu (2/12). Kerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), workshop di Hotel Grand Legi Mataram itu sebagai upaya memberi pemahaman kepada jurnalis dalam menangkal informasi hoax dengan sejumlah produk tools milik Google.

Google Ungkap Teknik Menangkal Hoax - Kabar Harian Bima
Peserta serius mengikuti pelatihan ‘Google News Initiative Training Network’ Sabtu (112) dan Minggu (212) di Mataram difasilitasi AJI Mataram. Foto: Ist

Kegiatan itu dihadiri 25 jurnalis dari sejumlah media di NTB dan mendapat gambaran bagaimana misi  yang diemban google dan jurnalis dalam rangka menyebarkan informasi yang benar di era ‘banjir bandang’ hoax.

Google Ungkap Teknik Menangkal Hoax - Kabar Harian Bima

Dua trainner, Bina Karos dan Arsito Hidayatullah memberikan pemahaman dan pembelajaran teknis mengenai kebersihan data digital (digital hygiene), analisa dasar atas informasi, pencarian dan penelusuran data, serta beragam tools cara identifikasi informasi, data dan foto berkonten hoax.

“Sebab Google melihat salah satu yang menjadi rujukan menyebarkan konten kebenaran itu adalah melalui jurnalistik. Intinya, bagaimana masyarakat ketika searching di google adalah konten yang benar,” kata Bina Karos, melalui siaran pers yang dikirim penyelenggara kegiatan kepada media ini.

Menurut pengurus fotografer freelance yang juga pengurus AJI Indonesia ini, era digitalisasi tidak bisa dihindari, sebaliknya media dan jurnalis harus mampu beradaptasi.

Era banjir informasi sejalan dengan lahirnya penerbitan media online yang mencapai 70.000 situs dan diverifikasi mencapai 40.000. Dari jumlah itu, yang terverifikasi Dewan Pers (DP) kurang dari 200 situs dinilai menjalankan pedoman dan standard perusahaan media.

Data ini menurut Pak Ci, sebutan akrab Bina Karos, menunjukkan bahwa jurnalis harus familiar dengan teknologi dengan terus mengikuti perkembangan berbagai konten digital. Dengan memahami karakteristik kerja digital, dapat dikenali sumber dan pangkal informasi hoax, lantas kemudian mampu ditangkal.

Dua istilah untuk mengenali informasi hoax. Pertama, misinformasi, adalah  informasi yang salah namun orang yang membagikan percaya itu benar. Motifnya untuk satire (parodi), menyesatkan, aspal, manipulatif. Kedua, disinformasi, adalah informasi yang salah dan orang yang membagikannya itu tahu salah untuk tujuan propaganda dan mempengaruhi pikiran orang lain.

Sejumlah tools diperkenalkan dalam materi itu, seperti image.google.com  dan  Rev Eye Reserve Image Search berfungsi untuk memverifikasi foto.

“Tools ini berfungsi untuk mengecek kebenaran foto yang biasanya dicuri oleh situs abal abal,” sambung Hidayatullah.

Platform Google juga menyediakan tools seperti Tineye dan ImgOps.  Akun di sosial media juga dapat ditembus dengan tools Google untuk  profiling akun pihak yang dianggap perlu untuk diidentifikasi. Seperti tools twitter advanced search dan Twopcharts. Akun Facebook dapat dilacak dengan  people find thor dan intel techniques.

Ditambahkan jurnalis di suara.com ini, jika tidak melihat konten asli, maka semakin besar kemungkinan tertipu dalam hal autentifikasi konten hoax. Jurnalis diajak mengenali situs abal abal yang hanya memburu traffict dan klikbite, yakni cenderung dramatis dan berlebihan serta menggunakan bahasa bombastis.

Selama dua hari, dituntun juga oleh koordinator program Febriana Galuh, misi Google  untuk mendorong jurnalis ikut menghasilkan karya jurnalistik yang terverifikasi dan dipercaya melalui riset dan program.

Sehari sebelumnya, digelar half day basic training untuk berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa, LSM, akademisi, blogger, aparat Polri dan sejumlah ASN.  Pelatihan setengah hari itu juga mengenalkan cara berinternet dengan sehat, mengenali hoax dan berbagai upaya menangkalnya.

*Kahaba-01