Kota Bima, Kahaba.- Peserta seleksi anggota KPU Kota Bima Khairudin M Ali, harus ambil sikap untuk mengundurkan diri dan memilih pulang kembali ke Bima, sebelum wawancara oleh Timsel yang dijadwalkan Senin kemarin.
Dirinya mengaku terpaksa melakukan itu, Padahal sebelumnya sudah lulus seleksi CAT dan Psikotest. Sehingga peserta tersisa 25 peserta dari 56 pendaftar itu.
“Saya terpaksa mundur di tengah jalan karena alasan pribadi. Saya tidak berminat untuk mrlanjutkan proses itu (seleksi calon anggota KPU, Red) karena alasan yang tidak bisa saya jelaskan,” katanya melalui siaran pers yang disampaikan ke media ini, Selasa (4/12).
Khairudin menjelaskan, sejak awal memang tidak berminat mengikuti seleksi itu. Tetapi karena banyak dorongan dari sahabat dan kolega, ia terpaksa ikut mendaftar juga. Bahkan sejak awal anak-anak dan istrinya juga tidak merestui. Tetapi karena ia pikir juga memiliki tanggungjawab sosial, maka dirinya ikut mendaftar.
Karena memang sejak awal tidak begitu bersemangat, Pendiri Bimeks Grup ini sempat berharap tidak lolos dalam seleksi administrasi supaya tidak perlu ke Mataram untuk mengikuti tes CAT. Tetapi rupanya dia dinyatakan lulus dengan skor paling tinggi, 150.
“Saya pun ke Mataram dengan perasaan yang tidak sepenuhnya siap. Bahkan saya tidak melakukan persiapan apa-apa dalam menghadapi CAT,” katanya.
Selama di Mataram, dia mengaku sering ingin pulang. Tetapi sejumlah kawan memberi motivasi sehingga ia bertahan. Bahkan sejumlah kawannya ada yang datang menemui di hotel tempatnya menginap untuk memberi dorongan.
Puncaknya ketika malam sebelum seleksi kesehatan jiwa untuk menjawab 567 soal, Khairudin mengaku hanya sempat tidur sebentar. Sorenya ia didatangi seseorang yang mengakui bisa membantu meloloskan dirinya hingga 5 besar.
Kawannya itu bercerita sering mengatur hasil akhir dalam menentukan calon penyelenggara Pemilu karena memiliki koneksi dan jaringan.
“Batin saya tidak terima, saya sudah lama mendengar soal ini tetapi saya tidak ingin percaya. Bagaimana mungkin penyelenggara Pemilu diatur-atur Ormas dan peserta Pemilu? Ini gak benar,” ujarnya.
Situasi ini membuatnya tambah galau dan akhirnya memutuskan mengundurkan diri.
“Saya tidak mau menjadi penyelenggara Pemilu sebagai ‘boneka’ yang punya hutang atas rekomensasi dari macam-macam Ormas dan peserta Pemilu,” tegasnya.
Soal ini diakuinya sudah lama ia dengar. Tetapi ia tetap tidak percaya. Khairudin pun khawatir kalau ini benar, maka apa jadinya masa depan demokrasi. Anak muda kelak tidak lagi menempa diri untuk bisa tumbuh menjadi pribadi hebat, punya kapasitas, serta integritas. Mereka cukup memburu rekomendasi dan jadilah penyelenggara Pemilu.
“Ini yang membuat saya galau,” tuturnya.
Kepada pihak-pihak yang menghendaki dirinya untuk menjadi penyelenggara Pemilu, Khairudin mohon maaf.
“Saya bemar-benar minta maaf atas keputusan ini. Memang mengecewakan, tetapi semua akan ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap keputusan kontroversial seperti ini,” ucapnya.
*Kahaba-01