Kabar Bima

Program Bangun Rumah Macet, Warga Korban Banjir Telantar

184
×

Program Bangun Rumah Macet, Warga Korban Banjir Telantar

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Program bangun rumah untuk korban bencana banjir di Kelurahan Penatoi saat ini macet. Anggaran tahap kedua untuk kelanjutan pembangunan, hampir sebulan tak kunjung keluar. Akibatnya, warga telantar dan harus tidur menumpang di rumah tetangga dan kerabat.

Program Bangun Rumah Macet, Warga Korban Banjir Telantar - Kabar Harian Bima
Warga Kelurahan Penatoi yang terlantar karena pembangunan rumah korban banjir terhambat. Foto: Bin

Safrin, warga RT 02 RW 01 Kelurahan Penatoi mengaku, ia pusing karena kelanjutan pembangunan rumahnya tak kunjung selesai. Sudah hampir sebulan juga dia dan orang-orang di rumahnya terlantar.

Program Bangun Rumah Macet, Warga Korban Banjir Telantar - Kabar Harian Bima

“Saya bahkan setiap hari tidur seadanya di atas sungai kecil depan rumah,” ungkapnya.

Diakui Safrin, rumahnya mulai dibangun Desember 2018. Awalnya proses berjalan dengan baik menggunakan anggaran tahap pertama sebanyak 40 persen. Namun setelah alokasi awal selesai, hingga kini tidak ada kelanjutan.

Yang membuatnya merasa pusing, gaji tukang dan kuli yang bekerja di rumahnya sebagian belum dibayar. Sementara mereka setiap hari juga datang ke rumahnya untuk menagih.

“Saya mau bilang apa, rumah saya saja belum selesai dibangun,” ucapnya.

Selama ini, kelompok masyarakat yang menangani pembangunan rumahnya hanya bisa janji – janji. Ucapan sebentar lagi sudah sering diterimanya, sementara hingga saat ini tak ada kabar berita kapan tahap berikutnya bisa direalisasikan.

“Total gaji tukang dan kuli yang mengerjakan rumah saya sebesar Rp 12 juta, tapi baru Rp 8 juta yang dibayar,” sebutnya.

Demikian juga disampaikan Nuraini, warga RT 6 RW 02 Kelurahan Penatoi. Pembangunan rumahnya juga macet. Untuk bisa melanjutkan beberapa bagian, dirinya harus utang ke rentenir. Bahkan dia yang perempuan harus bantu – bantu kerja angkat semen agar bisa menyelesaikan sedikit saja, supaya bisa ditempati sementara waktu.

“Mau bagaimana pak, kita mau tinggal dimana. Setiap hari juga kita menahan malu kepada pekerja yang datang minta uang,” tutur Nuraini.

Setali tiga uang, Hanafi warga RT 02 kelurahan setempat juga mengeluhkan lambatnya proses pencairan tahap kedua pembangunan rumahnya. Urusan gaji tukang dan kuli pun menjadi masalah besar baginya.

“Proses pembangunan rumah saya memang sudah 70 persen, karena lebih banyak swadaya sendiri. Tapi tuntutan gaji tukang dan kuli yang belum dibayar ini harus bagaimana,” ujarnya.

Untuk itu, mewakili warga yang rumahnya rusak berat dan ringan yang dapat bantuan itu berharap supaya anggaran tahap kedua bisa segera dicairkan. Agar rumah mereka bisa selesai dikerjakan dan segera ditempati.

Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) Jambu Kelurahan Penatoi Syarifuddin mengungkapkan, Kelurahan Penatoi mendapat sebanyak 20 unit rumah untuk program dimaksud. Kemudian rata – rata mulai dikerjakan pada bulan Desember 2018.

“Anggaran untuk rumah rusak berat sebanyak Rp 69 juta, dicairkan 3 tahap. Tahap pertama 40 persen, tahap kedua dan ketiga masing-masing 30 persen. Di tahap pertama, sudah cair untuk drop material sekitar Rp 30-an juta,” jelasnya.

Namun, prosesnya sekarang berhenti. Karena pencairan tahap kedua belum juga dilakukan. Syarifuddin pun mengaku tidak tahu alasannya.

“Kita sudah koordinasi dengan Fasilitatornya, tapi dijawab anggarannya belum turun,” katanya.

Untuk Kelurahan Penatoi sambungnya, pekerjaan rumah warga terbengkalai. Beruntung warga yang masih bisa menempati, karena swadaya masing – masing.

“Mau bagaimana, kita di Pokmas juga hanya bisa menunggu dan berharap prosesnya bisa cepat selsai,” tambahnya.

*Kahaba-01