Kabar Bima

Didiagnosa Miningitis, Zaskia Terkapar di RS dan Kesulitan Biaya

231
×

Didiagnosa Miningitis, Zaskia Terkapar di RS dan Kesulitan Biaya

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Zaskia Humaira, bocah berusia 2,5 bulan asal Desa Talapiti Kecamatan Ambalawi, saat ini terkapar di RSUD Bima. Buah hati Fitriani dan Jacki itu didagnosa mengidap penyakit meningitis.

Didiagnosa Miningitis, Zaskia Terkapar di RS dan Kesulitan Biaya - Kabar Harian Bima
Zaskia, bocah asal Desa Talapiti yang didiagnosa idap penyakit Miningitis. Foto: Hardi

Saat ditemui media ini di Ruang Perawatan Anak Kamar Camar, Senin (18/3), perempuan mungil ini sedang tertidur pulas. Sesekali ia bangun dan menangis dengan suara yang begitu keras. Seolah memberi isyarat, ia tak kuat menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Didiagnosa Miningitis, Zaskia Terkapar di RS dan Kesulitan Biaya - Kabar Harian Bima

Menurut pengakuan Fitriani, putrinya diserang penyakit itu mulai malam Jum’at pekan lalu sekitar pukul 23.00 Wita. Zaskia tiba-tiba bergerak dan menangis. Tidak lama kemudian, bocah kecil itu langsung pingsan.

“Setelah panas tinggi yang cukup lama, anak saya sadar kembali. Setelah itu pingsan lagi. Malam itu Zaskia pingsan sekitar 5 kali,” ujar orang tua Zaskia, di RSUD Bima.

Pada pagi harinya, sekujur tubuh Zaskia kemudian muncul bintik hitam. Awalnya Fitrinai mengira gigitan nyamuk. Tetapi semakin lama, bintik hitam itu semakin banyak dan membesar. Merasa sangat khawatir, dirinya membawa Zaskia ke Puskesmas dan disarankan agar dirujuk ke RSUD Bima.

Didiagnosa Miningitis, Zaskia Terkapar di RS dan Kesulitan Biaya - Kabar Harian Bima
Fitriani saat menemai anaknya yang idap penyakit Miningitis, Foto: Hardi

Di RSUD Bima, kondisi putrinya semakin hari semakin parah. 4 hari berlalu, tak ada tanda-tanda Zaskia sembuh. Yang membuatnya semakin bingung, putrinya tak memiliki Kartu BPJS. Tentu saja urusan biaya pengobatan terasa begitu sulit.

“Setelah saya konsultasi dengan dokter, pihak RS menyampaikan bahwa biaya keseluruhan itu sejumlah Rp 1.500.000, sementara kami tak memiliki uang sebanyak itu,” tuturnya.

Fitriani yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) hanya bisa berharap bantuan dari berbagai pihak. Sementara sang suami yang hanya bekerja sebagai supir truk di Malaysia, hanya bisa mengirim uang seadanya.

“Kami tak tahu harus minta bantuan kemana. Semakin lama kami di RSUD Bima juga akan semakin banyak memakan biaya,” katanya.

Untuk itu, selaku orang tua yang ingin anaknya segera sembuh berharap belahkasih sejumlah pihak, untuk meringankan bebannya. Berhari – hari di RSUD Bima, membuat Fitriani khawatir biaya yang semakin membengkak.

*Kahaba-07