Kabar Bima

Polisi Penyuluhan Menangkal Paham Radikal dan Aksi Terorisme di Penatoi

217
×

Polisi Penyuluhan Menangkal Paham Radikal dan Aksi Terorisme di Penatoi

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Selain menyampaikan penyuluhan bahaya paham radikalisme dan terorisme di Kelurahan Rabangodu Utara, Polres Bima Kota juga menggelar kegiatan yang sama di Kelurahan Penatoi, Kamis (4/7).

Polisi Penyuluhan Menangkal Paham Radikal dan Aksi Terorisme di Penatoi - Kabar Harian Bima
Penyuluhan Menangkal Paham Radikal dan Aksi Terorisme di Penatoi. Foto: Bin

Kegiatan yang mengusung tema “Dengan Semangat Ukhuwah Islamiyyah, Mari Kita Bersama-Sama Menolak Segala Bentuk Kekerasan, Penyebaran Hoax, Paham Radikal Serta Aksi Terorisme” dihadiri pejabat Polres Bima Kota, sejumlah warga Kelurahan Penatoi dengan berbagai latar belakang dan profesi. Hadir juga tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda yang didampingi masing-masing Bhabinkamtibmas dan Babinsa.

Polisi Penyuluhan Menangkal Paham Radikal dan Aksi Terorisme di Penatoi - Kabar Harian Bima

“Kami menyambut baik kegiatan ini dan berharap terus berlanjut. Karena ini cukup diharapkan warga. Tentu ini untuk kemajuan warga dan untuk anak muda serta warga sekitar,” ucap Plt Lurah Penatoi Abidin saat sambutan.

Di tempat yang sama, Kasat Binmas Polres Bima Kota AKP M Yamin mengatakan, sosialisasi ini selain merupakan agenda rutin yang digelar polisi diberbagai kecamatan, baik di Kota Bima maupun Kabupaten Bima. Juga sekaligus menindaklanjuti agenda Pemerintah Kota Bima.

“Jadi jangan sampai anak-anak yang tidak tahu menjadi korban aksi teroris dan semacamnya,” ucap Yamin.

Tidak hanya menangkal terorisme, kegiatan tersebut juga bisa mendorong anak muda agar bisa menangkal beredarnya hoaks atau informasi bohong serta jenis paham radikalisme lain. Karena jika dibiarkan, bisa terjerumus dalam lingkaran yang dilarang agama dan negara tersebut.

Salah satu pembicara dalam sosialisasi yang juga penyusun buku terkait paham radikalisme dan aksi terorisme, Ustadz Sudirman memaparkan, istilah radikalisme dan sejenisnya kebanyakan disalahartikan khayalak. Mulai dari para pelaku yang pernah terlibat dalam aksi yang dimaksud maupun masyarakat sekitar.

Padahal sebenarnya papar Sudirman, istilah terorisme dan lainnya muncul awal di negara Perancis dan kemudian menyebar di negara-negara berkembang seperti halnya Amerika dan tidak ketinggalan di Indonesia sendiri.

“Juga seiring dengan hadirnya media dan teknologi. Parahnya istilah-istilahi ini cukup  melekat dengan Islam plus selalu dikait-kaitkan agama kita, Islam,” sesalnya.

Padahal sambung Sudirman, jika menuduh agama Islam dengan terorisme sama halnya dengan menuduh Allah atau pencipta terkait dengan terorisme.

“Dalam Al Quran tidak ada istilah terorisme dan Islam adalah agama yang damai serta tidak ada paksaan untuk masuk ke agama Islam,” tegasnya.

*Kahaba-01