Kabar Bima

Jual Kue Bantu Orang Tua, Furqan dan Nisa Tempuh Jarak 40 Km ke Sekolah

423
×

Jual Kue Bantu Orang Tua, Furqan dan Nisa Tempuh Jarak 40 Km ke Sekolah

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Muhammad Furqan Abdullah (17) dan Khairunisa Fadilah Risqi (16) bukan seperti remaja pada umumnya. Mereka berbeda. Jika anak seusia mereka di sekolah sibuk belajar dan bermain, kakak beradik ini justru menunjukan sikap terpuji dan membanggakan.

Jual Kue Bantu Orang Tua, Furqan dan Nisa Tempuh Jarak 40 Km ke Sekolah - Kabar Harian Bima
Furkan nda Nisa saat berjualan kue di sekolah. Foto: Yadien

Alasan dua orang siswa dan siswi SMKN 1 Woha ini cukup sederhana, tapi menyetuh palung hati. Mereka hanya tak ingin membebani orang tua. Lalu untuk membantu mencukupi kebutuhan hidup dan biaya sekolah, keduanya mengambil alih sebagian peran orang tua mereka dengan berjualan kue kering, seperti kue pisang da cakar ayam di sekolah.

Jual Kue Bantu Orang Tua, Furqan dan Nisa Tempuh Jarak 40 Km ke Sekolah - Kabar Harian Bima

Furqan merupakan siswa baru di sekolah setempat. Ia duduk di bangku kelas X jurusan Tehnik Listrik SMKN1 Woha baru terhitung sejak sebulan yang lalu. Meski sekolah sambil jualan, itu tidak menghambat proses belajarnya di dalam kelas. Apalagi sekedar memikirkan rasa malu, tak terlintas sedikitpun di benaknya.

Sementara Khairunisa Fadilah Risqi (17) duduk di bangku kelas XII Tehnik Komputer dan Jaringan (TKJ). Sejak kelas X hingga semester ganjil kelas XI selalu meraih juara 1. Sementara semester genap kelas XI ia meraih juara 2 kelas.

Furqan da Nisa lahir dari seorang ibu bernama Painem dan ayah bernama Jufrin. Tinggal bersama ketujuh saudaranya di Desa Doro O’o Kecamatan Langgudu.

Untuk menimba ilmu di SMKN 1 Woha, Furqan harus menempuh jarak sekitar 40 kilometer. Karena itu, dia harus selalu berangkat lebih awal, bahkan usai sholat subuh ia sudah bergegas berangkat.

Furqan yang ditemui media ini, Rabu (31/7) di sekolahnya menceritakan, setiap hari dia bisa menjual sampai 20 bungkus kue. 1 bungkus kue ia jual dengan harga Rp 5 ribu rupiah. Yang membeli kue jualanya cukup banyak, siswa hingga guru bahkan orang di luar sekolah yang juga memesan lewat guru setempat.

“Kadang ada yang pesan lewat guru juga,” ujarnya.

Ia mengaku tidak minder dan malu karena sekolah sambil jualan. Menurutnya jualan bukan merupakan hal yang buruk. Selama yang dilakukan tulus mencari rejeki untuk membantu orang tua dan dilakukan dengan cara yang halal, maka tidak ada alasan untuk malu.

“Memang siswa-siswa yang lain tidak ada yang jualan, tapi saya tidak minder,” katanya.

Sementara di rumah, Furqan saudaranya yang lain membantu ibunya membuat kue atau jika tidak, ia membantu ayahnya membuat batako dan tiang-tiang emperan untuk dijual.

Ketua Jurusan Tehnik Listrik Jaharudin Abakar mengatakan, sangat bangga dengan aktivitas yang dilakukan oleh Furqan. Berdasarkan pantauanya, meski menjual kue di lingkungan sekolah, Furqan selalu menjadi siswa yang aktif di kelas.

“Sangat rajin, dia tidak pernah bolos atau tidak hadir sekolah,” ungkapnya.

Kata dia, setiap hari Furqan selalu hadir di sekolah lebih awal. Bahkan, sebelum ia hadir, siswa sudah terlebih dahulu ada di sekolah.

“Mereka star subuh mungkin dari rumahnya di Kecamatan Langgudu,” katanya.

Di mata Jaharudin, Furqan merupakan anak yang tidak banyak bicara. Jika tidak bertanya tentang pelajaran atau tidak ditanya oleh guru, Furqan tidak akan berbicara.

“Dia tidak pernah ribut kalau lagi belajar di kelas,” katanya.

Sementara kakaknya Khairunisa Fadilah Risqi kata dia, adalah siswa yang berprestasi di dalam kelas. Sejak kelas X selalu meraih juara 1 di kelasnya.

“Mereka ini memang rajin dan pandai,” ungkapnya.

Ia berharap, semoga yang dilakukan Furqan da Nisa bisa menginspirasi siswa-siswa yang lain. Bahwa segala hal baik itu tidak perlu takut atau malu dilakukan. Termasuk jualan, yang penting halal.

*Kahaba-10