Kabar Bima

Harga Pupuk Mahal, Gamis Minta DPRD Panggil Distributor dan Pengecer

227
×

Harga Pupuk Mahal, Gamis Minta DPRD Panggil Distributor dan Pengecer

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Harga jual pupuk subsidi di Kabupaten Bima, kususnya di Kecamatan Bolo sangat mahal. Petani harus merogok uang sebanyak Rp150.000 hingga Rp170.000 untuk mendapatkan 1 sak pupuk subsidi.

Harga Pupuk Mahal, Gamis Minta DPRD Panggil Distributor dan Pengecer - Kabar Harian Bima
Ketua Gamis Bima Imanuddin. Foto: Ist

Karena itu, Ketua Gerakan Anti Maksiat (Gamis) Kabupaten Bima meminta agar DPRD Kabupaten Bima memanggil distributor pupuk dan diberikan pembinaan.

Harga Pupuk Mahal, Gamis Minta DPRD Panggil Distributor dan Pengecer - Kabar Harian Bima

Ketua Gamis Bima Imanuddin mengatakan, saat ini petani membeli pupuk subsidi dengan harga yang sangat mahal. Per satu sak petani harus membeli dengan harga Rp 150.000 sampai Rp 170.000.  Harga tersebut jelas sangat mahal dibanding dengan HET pupuk subsidi yang hanya Rp 90.000.

“Kan mahal sekali. Itu sama saja membunuh petani,” katanya, Senin (7/10).

Menurut dia, modus penjualan pupuk subsidi dengan harga yang mahal biasanya beralasan karena pupuk langka. Padahal pengajuan pupuk subsidi sudah sesuai dengan jumlah lahan petani.

“Pengajuan pupuk kan patokanya luas lahan pertanian. Bagaimana bisa langka,” katanya.

Ia menduga, distributor pupuk bermain mata dengan para pengecer, untuk sama-sama menaikkan harga pupuk dan beralasan pupuk langka.

Karena itu kata Imanuddin, DPRD dan Pemerintah Kabupaten Bima harus segera memanggil para distributor dan pengecer pupuk yang nakal, dan menyengsarakan petani. Sebab jika terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin pertanian tahun ini akan mengalami gagal panen, karena kebutuhan pupuk yang tidak terpenuhi.

“Imbas akibat mahal pupuk ini sangat besar. Pemerintah harus segera ambil sikap tegas,” ketusnya.

Selain itu, dengan harga pupuk yang mahal, petani terancam akan rugi. Itu bisa dihitung dari jumlah penghasilan petani dan total pengeluara selama semai tanah hingga panen. Tentu saja tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan yang besar.

Imanuddin menegaskan, jika pemerintah dan DPRD tidak mengindahkan permintaan tersebut, maka dalam waktu dekat pihaknya akan konsolidasi dengan petani untuk turun ke jalan dan memrotes harga pupuk tersebut.

“Petani harus juga berdaulat, jangan dijajah dengan harga pupuk yang mahal,” tegasnya.

*Kahaba-10