Kabar Bima

Hadir Pakai Kursi Roda, Nurdin Ingin Syafa’ad Jadi Pemimpin, Ubah Wajah Desa Campa

206
×

Hadir Pakai Kursi Roda, Nurdin Ingin Syafa’ad Jadi Pemimpin, Ubah Wajah Desa Campa

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Ada pandangan yang menarik saat acara blusukan dan silaturahmi bakal pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bima H Syafrudin dan Ady Mahyudi (Syafa’ad) di Desa Campa, Selasa (17/3).

Hadir Pakai Kursi Roda, Nurdin Ingin Syafa’ad Jadi Pemimpin, Ubah Wajah Desa Campa - Kabar Harian Bima
Nurdin Warga Desa Campa saat berbicara di hadapan Pasangan Syafa’ad dan masyarakat setempat. Foto: Yadien

Pada acara silaturahmi itu, warga tunanetra desa setempat Muhammad Nurdin menggunakan kursi roda, memaksakan diri hadir hanya untuk bertemu langsung dengan pasangan Syafa’ad dan menyampaikan curahan hatinya.

Hadir Pakai Kursi Roda, Nurdin Ingin Syafa’ad Jadi Pemimpin, Ubah Wajah Desa Campa - Kabar Harian Bima

Pada saat diberi kesempatan untuk bicara, pria yang fasih berbahasa Indonesia itu mengungkapkan, ia sengaja hadir pada pertemuan tersebut, karena ingin memberikan dukungan langsung pada calon yang mengusung jargon Perubahan.

Nurdin seolah tak ingin sia-siakan kesempatan. Di hadapan ratusan warga yang hadir, dirinya seperti didaulat untuk mengungkapkan kondisi Desa Campa yang masih jauh dari perhatian pemerintah. Kemudian berharap, semoga ada perubahan berarti bagi desa dan daerahnya, apabila Syafa’ad menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bima.

Adapun sejumlah keinginannya agar bisa diwujudkan oleh Syafa’ad nanti, seperti membangun kantor desa setempat. Pasalnya, kantor desa tersebut sudah tidak layak dipakai untuk pelayanan.

“Harus dibangun baru. Agar ada perubahan kantor desa kami,” pintanya.

Selain itu, dia juga meminta agar pasangan Syafa’ad juga memperhatikan masjid. Sebab, masjid itu masih jauh dari kata layak.

Hadir Pakai Kursi Roda, Nurdin Ingin Syafa’ad Jadi Pemimpin, Ubah Wajah Desa Campa - Kabar Harian Bima
Pasangan Syafa’ad saat bertemu warga Desa Campa. Foto: Bin

“Tolong dibantu agar masjid di desa kami menjadi masjid yang lebih bagus,” harapnya.

Pada kesempatan itu pria yang juga menjadi guru ngaji itu mengeluhkan insentif guru ngaji yang sangat sedikit saat ini. Insentif Rp 75 ribu sebulan itu sangat jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan guru ngaji.

“Kalau dihitung-hitung insentif kami hanya Rp 2.500 sehari,” sebutnya.

Padahal kata dia, guru ngaji merupakan garda terdepan membentuk akhlaq dan ilmu agama generasi. Tapi peran itu tidak dibarengi dengan dukungan insentif yang cukup.

Harapan itu ditanggapi langsung oleh H Syafrudin. Ia berjanji jika terpilih nanti, guru ngaji akan diperhatikan. Terlebih Kabupaten Bima dikenal sebagai daerah yang religius.

“Insya Allah akan kami perjuangkan. Insentif guru ngaji itu memang belum layak,” ujarnya.

Demikian pula dengan curahan hati Nurdin soal kantor desa dan masjid desa setempat. Akan diprioritaskan masuk dalam APBD pada tahun pertama pemerintahannya, jika sudah dipercaya masyarakat untuk memimpin Bima.

“Anggaran kita banyak, Rp 1,8 triliun lebih. Kenapa harus takut dialokasikan untuk pembangunan tempat ibadah,” tegas mantan Bupati Bima itu.

*Kahaba-10/Adv