Kabar Bima

Ada Penjahat Intelektual Berkeliaran di Kampus STISIP?

461
×

Ada Penjahat Intelektual Berkeliaran di Kampus STISIP?

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Kampus perguruan tinggi sebagai pencetak sarjana pembangun bangsa harusnya dilahirkan dengan tradisi keilmuan yang benar. Namun bagaimana halnya apabila hampir 90 persen mahasiswa yang diwisuda di salah satu kampus swasta di Kota Bima, tugas akhirnya disinyalir buatan oknum dosen setempat?

Ilustrasi. Gambar: analisadaily.com
Ilustrasi. Gambar: analisadaily.com

Mahasiswa STISIP Mbojo-Bima, Delian Lubis menyorot praktek kejahatan intelektual di kampusnya. Dikatakan Lubis, skripsi yang merupakan syarat meraih gelar wisuda yang harus dibuat sendiri oleh mahasiswa, ternyata di tempatnya tidak seperti itu. Dan jumlahnya mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, ia merilis bahwa hampir 90 persen mahasiswa STISIP yang akan di wisuda tahun ini, skripsinya dibuat oleh dosen setempat.

Ada Penjahat Intelektual Berkeliaran di Kampus STISIP? - Kabar Harian Bima

“Jelang wisuda, banyak oknum dosen yang berubah menjadi penjahat intelektual.  Memudahkan jalan untuk mahasiswa meraih predikat sarjana,” sorotnya, Rabu (19/12/2012) di kampus STISIP Mbojo.

Kata Lubis, dirinya mengetahui itu bermula dari cerita sejumlah mahasiswa kampus tersebut. “Mereka (mahasiswa) tanpa malu-malu mengaku bangga jika skripsinya sudah selesai dan dibuat oleh oknum dosen,” ungkapnya.

Ujian skripsi pun hanya bersifat formalitas belaka, karena dosen penguji merupakan dosen yang membuat skripsi mahasiswa yang diuji. “Banyak juga mahasiswa yang berbangga diri karena sudah ujian skripsi dan menunggu waktu wisuda, meski saat ujian mereka tidak mampu menjawab pertanyaan dosen sedikit pun,” ungkapnya.

Menurut mahasiswa semester akhir itu, praktek kejahatan intelektual seperti harus segera dihilangkan. Karena pada dasarnya, pendidikan itu adalah memanusiakan manusia, bukan membodohkan manusia.

Ia juga mengaku heran dengan dosen di STISIP Mbojo-Bima yang tidak melakukan kejahatan intelektual seperti itu, namun mengetahui adanya tindakan pembodohan tersebut. praktek seperti semacam itu terkesan dibiarkan dan tumbuh subur di lingkungan kampus. “Untuk itu, kami memastikan, wisuda dalam waktu dekat ini tidak lebihnya pengakuan diri atas kebodohan yang dilakukan dengan cara berjamaah,” tambahnya.

Ditempat berbeda, Ketua STISIP Mbojo-Bima Dra. Hj. Nurmi, MSi yang dimintai tanggapan tentang hal itu, justru menjawab dengan kalimat No Coment. Demikian pula dosen senior STISIP Mbojo-Bima, Drs. Arif Sukirman, MH yang dimintai tanggapan, tak ingin berkomentar dan menyarankan untuk menanyakan langsung ke Ketua kampus setempat. Aneh bukan ? [BK]