Kabar Bima

Reses di Melayu, Beruntun Wakil Rakyat dan Lurah Dicecar Kritik

264
×

Reses di Melayu, Beruntun Wakil Rakyat dan Lurah Dicecar Kritik

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Suasana reses di Kelurahan Melayu, Rabu sore (9/9) begitu hidup. Tanpa hentinya warga setempat menyampaikan sejumlah masalah yang mereka saksikan di lingkungan kelurahan dan diperlukan perhatian dari pemerintah dan wakil rakyat.

Reses di Melayu, Beruntun Wakil Rakyat dan Lurah Dicecar Kritik - Kabar Harian Bima
Reses Wakil Rakyat Dapil Asakota di Kelurahan Melayu. Foto: Bin

Berbagai cara dan karakter juga orang penyampaian aspirasi. Seorang memuji apa yang telah dilakukan para wakil rakyat Dapil Asakota itu, tapi lebih banyak yang mengkritik tentang kinerja selama wakil mereka mengemban amanah.

Reses di Melayu, Beruntun Wakil Rakyat dan Lurah Dicecar Kritik - Kabar Harian Bima

Tidak saja kritik untuk dewan, Lurah Melayu A Haris yang berkesempatan hadir juga tidak lepas dari sorotan warga. Sekitar 1 jam setengah berlangsungnya reses, secara beruntun para wakil rakyat dan lurah dicecar kritik.

Seperti yang disampaikan oleh Abdul Gani, mengawali aspirasi ia merasa malu dengan kondisi kelurahannya sekarang. Narkoba telah merajalela. Dulu yang ia tahu Melayu punya nama baik dan membanggakan, sekarang tercoreng karena urusan narkoba.

“Pemerintah kelurahan juga jangan diam saja, dipanggil itu pemilik kos-kosan agar tidak sembarang masukin orang, karena akan membawa dan menjual narkoba,” katanya.

Warga lain, Novel juga mengkritik kinerja dewan, karena sama sekali tidak memiliki fungsi kontrol terhadap kebijakan pemerintah eksekutif. Seperti contoh pembangunan portal dan pos jaga, sekarang justru tidak berguna.

“Kalian dewan ini ko’ tidak ada yang mengkritik, apa fungsinya dewan ini,” cibirnya.

Kritik lain yang dia sampaikan yakni soal sejumlah drainase di kelurahan setempat yang sampai saat ini belum dikerjakan. Padahal sejumlah aspirasi telah dijanjikan terwujud sejak reses-reses sebelumnya.

Setali tiga uang, Rahman warga di RT 02 juga menyorot pembangunan drainase di lingkungannya. Karena kerja yang tidak becus, membuat warga sekitar merasakan dampak.

“Drainase di RT 2 itu dipenuhi nyamuk, karena air tidak bisa keluar,” ungkapnya.

Hal lain yang dipertanyakan warga juga soal pengerukan beberapa drainase yang menelan anggaran hingga Rp 200 juta. Sementara jarak drainase yang dikeruk itu seberapa.

Jika dilihat dengan jumlah anggaran sebanyak itu sambungnya, maka seluruh drainase di Kelurahan Melayu tuntas dikeruk. Bukan pada wilayah wilayah tertentu.

“Itu yang punya dana aspirasi itu siapa?,” tanya salah seorang warga.

Seorang anak muda, Saihan warga RT 11 juga tampil garang di hadapan warga yang hadir. Ia tidak henti – hentinya mengkritik prilaku wakilnya di Kelurahan Melayu. Bahkan ia menyentil, salah seorang wakilnya di legislatif lebih banyak mengurus kuda, dari pada urus rakyat.

“Itu Pak Khalid, kita juga ini diurus, jangan hanya urus kuda,” sentil Saihan kepada Khalid yang tidak hadir di lokasi reses.

Dirinya juga mengungkapkan beberapa pekerjaan drainase dari dana aspirasi yang tidak tuntas dikerjakan. Bukannya memperbaiki, tapi justru menimbulkan persoalan baru, karena air mampet dan tidak bisa keluar.

Sejumlah warga juga menyorot soal dana kelurahan sebesar Rp 1 miliar untuk Kelurahan Melayu. Menantang agar pemerintah kelurahan untuk transparan. Pembagian sebanyak Rp 600 juta untuk pemberdayaan apa saja, dan Rp 400 juta untuk fisik dimana saja.

Beragam aspirasi warga tersebut pun menelan banyak waktu, sehingga tidak tersedia waktu yang cukup untuk memberikan jawaban. Pasalnya, hari sudah semakin gelap.

Namun salah seorang anggota dewan Syamsuddin mengapresiasi semua usul saran dan kritik tersebut. Tentu itu akan menjadi cambuk bagi mereka untuk semakin menunjukan performa dan keperpihakan pada kepentingan rakyat.

Mengenai urusan narkoba, Duta PAN itu meminta agar memberantasnya harus melibatkan semua elemen masyarakat. Memberikan perhatian serius, dan melakukan pencegahan secara bersama – sama.

“Pada intinya semua aspirasi tersebut menjadi atensi serius kami,” tegasnya.

Sementara itu, Lurah Melayu A Haris menjawab soal dana kelurahan bahwa Rp 600 juta untuk pemberdayaan belum cair. Kemudian Rp fisik 400 juta, baru terpakai sebanyak Rp 200 juta.

“Fisik nanti akan kita arahkan untuk kondisi drainase yang menjadi prioritas,” janjinya.

*Kahaba-01