Kabar BimaKabupaten Bima

IPM Kabupaten Bima Terburuk di NTB, Kepemimpinan Petahana Dinilai Gagal

231
×

IPM Kabupaten Bima Terburuk di NTB, Kepemimpinan Petahana Dinilai Gagal

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Bima, Kahaba.- Menurut Tim Analis dan Strategi Paslon Bupati dan Wakil Bupati Bima Syafru-Ady, Darussalam sebenarnya sederhana saja, bahwa hasil pilkada sangat bergantung pada penilaian publik terhadap kepemimpinan yang ada sekarang. Jika dimata publik kepemimpinan sekarang berhasil maka petahana tentu tidak bisa dikalahkan. Sebaliknya, jika penilaian publik gagal, maka petahana sulit untuk dimenangkan.

IPM Kabupaten Bima Terburuk di NTB, Kepemimpinan Petahana Dinilai Gagal - Kabar Harian Bima
Tim Analis dan Strategi Syafru-Ady, Darussalam. Foto: Ist

“Ini lumrah saja dalam setiap pilkada yang menjadi alat evaluasi bagi publik dalam soal kepemimpinan,” katanya, Jumat (30/10).

IPM Kabupaten Bima Terburuk di NTB, Kepemimpinan Petahana Dinilai Gagal - Kabar Harian Bima

Menurut Darussalam, untuk mengukur presepsi tersebut secara obyektif tentu melalui pendekatan penelitian atau survei. Berdasarkan survei yang dilakukan di internal Syafru-Ady, opini publik terhadap petahana gagal. Karena 60 persen warga menunjukan sikap yang menyatakan kepemimpinan sekarang gagal.

Yang sangat menarik kata dia, adalah argumentasi dari penilaian publik kenapa kemudian menyatakan bahwa kepemimpinan sekarang gagal yaitu ada tiga faktor. Pertama soal kesejahteraan warga yang semakin memburuk, hal tersebut linear dengan capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah Kabupaten Bima yang terburuk se-wilayah NTB.

“Demikian juga pendapatan perkapita masyarakat Kabupaten Bima juga terendah di wilayah NTB,” ungkapnya.

Kedua sambung Darussalam, sulitnya lapangan pekerjaan. Ini menjadi faktor yang dominan dalam penilaian publik terjahap kinerja kepemimpinan di Kabupaten Bima sekarang. Ketiga, soal begitu banyak janji pemimpin yang dianggap tidak ditepati.

“Tiga faktor tersebut merupakan faktor yang menyebabkan warga kecewa. Kekecewaan tersebut melahirkan sikap perlawanan warga dan diejawantahkan dalam satu sikap politik yaitu Ganti Bupati Bima,” tegasnya.

Ia mengungkapkan, fenoma tersebut persis sama dengan fenomena ketika Pilkada Kota Bima 2 tahun silam. Dimana akhirnya Pilkada dimenangkan oleh penantang. Bahkan angka petahana stagnan. Ketika survei dilakukan satu tahun sebelum Pilkada, elektabilitas petahana hanya 36 persen. Ketika Pilkada hasilnya petahana hanya diangka 38 persen

Demikian dengan petahana di Pilkada Kabupaten Bima hari ini. Ketika survei awal satu tahun lalu, elektabilitas petahana hanya 40 persen. Sama seperti perolehan suara petahana pada Pilkada 2015 lalu. Artinya elektabilitas petahana jalan di tempat.

“Apakah elektabilitas petahana akan bisa digenjot, tentu saja hanya bergerak pada ambang batas diangka 40 persen sampai 43 persen. Karena itulah hasil dari apa yang dilakukan oleh petahana selama 5 tahun kepemimpinanya,” jelas Darussalam.

Angka ini kata dia, tentu angka yang negatif bagi seorang petahana. Dan ini hanya konsekwensi logis bagi siapapun petahana dalam konteks Pilkada ketika gagal meyakinkan minimal 50 persen publik selama masa kepemimpinannya.

Di sisi lain, secara otomatis publik yang menginginkan ganti bupati justru semakin menyolidkan diri untuk memenangkan sang penantang demi mewujudkan visi besarnya yaitu pergantian kepemimpinan daerah Kabupaten Bima.

Bahkan sekarang publik pemilih semakin terbuka dan cerdas, terlebih di era yang sangat terbuka dan kompetitif sekarang ini. Publik sangat mudah mengakses informasi dan mengetahui apa saja perkembangan yang ada di tengah-tengah kehidupannya.

Misal saja terang Darussalam, publik dapat membaca secara terang benderang siapa paslon yang lebih berpeluang menang di antara dua penantang petahana. Kondisi tersebut yang menyebabkan publik lebih mengkonsolidasikan pilihannya kepada paslon penantang petahana yang dianggap berpeluang mengalahkan petahana.

Hal tersebut, terjadi setiap waktu dikubu Syafru-Ady, yang setiap waktu terus dibanjiri dukungan oleh berbagai kelompok sosial politik. Jika sebelumnya para pendukung independent baik pada Pilkada 2015 maupun bakal calon independent yang tidak lolos pada seleksi kemarin, telah lebih awal menyatakan diri total berjuang untuk ganti bupati bersama Syafru-Ady.

“Belakangan begitu banyak lagi para pendukung maupun tim petahana pada 2015 silam yang bergabung pada Syafru-Ady yang inginkan ganti bupati,” tuturnya.

Ia menambahkan, setiap hari yang terjadi adalah arus dukungan dari warga yang sebelumnya hendak mendukung paslon lain, karena melihat fakta bahwa yang berpotensi mengalahkan petahana adalah Syafru-Ady. Maka mereka pun terus berduyun-duyun untuk lebih menyolidkan diri dan berjuang bersama Syafru-Ady dalam rangka mewujudkan agenda besar yaitu Ganti Bupati.

*Kahaba-01