Kabar Bima

TPFR: Bahtiar Tidak Pernah ke Poso

269
×

TPFR: Bahtiar Tidak Pernah ke Poso

Sebarkan artikel ini

Kota Bima,  Kahaba.- Tim Pencari Fakta dan Rehabilitasi (TPFR) terkait kasus penembakan terduga teroris di Bima dan di Dompu membeberkan hasil temuan sementara. Berdasarkan penelusuran dan investigasi lapangan, TPF menemukan indikasi kuat yang membantah pernyataan Kepolisian bahwa Bahtiar Abdullah (35), merupakan salah seorang pelarian Poso.

Densus 88 menangkap terduga teroris (ilustrasi) / sumber gambar: tribunnews.com
Ilustrasi

Di depan sejumlah jurnalis lokal dan nasional, Ketua TPFR Hadi Santoso, ST, MM, mengungkapkan temuan ini merupakan salah satu hasil investigasi lapangan dan wawancara yang dilakukan tanggal 11 sampai 12 Januari kemarin. TPFR memperoleh lebih dari 12 kesaksian yang membenarkan bahwa terduga tindak teroris yang ditembak mati oleh Densus 88 itu tidak pernah pergi atau kembali dari Poso  Sulawesi Tengah.

TPFR: Bahtiar Tidak Pernah ke Poso - Kabar Harian Bima

“Semua saksi yang kami temui, baik keluarga, rekan bisnis, maupun tetangga korban Almarhum tidak ada yang membantah bahwa enam tahun terakhir ini Bahtiar tidak pernah melakukan perjalanan ke Poso dan sebaliknya,” ungkap  Hadi dalam jumpa pers di Kota Bima hari Minggu (13/1/2013).

Hal ini juga, menurut Hadi, sekaligus membantah pernyataan yang kerap dilontarkan Kepolisian, yang menuding Bahtiar sebagai salah satu pelarian Poso yang hendak melancarkan aksi terornya di wilayah Bima dan Dompu.

Ketua TPFR ini juga mengungkapkan, tim yang melakukan investigasi kasus penembakan Bahtiar berjumlah lima orang yang berasal dari berbagai unsur organisasi dan profesi. Sejak dibentuk tanggal 9 Januari lalu, tim yang bekerja dengan anggaran swadaya ini mencoba menelusuri berbagai fakta dibalik beberapa kejadian besar yang terjadi di wilayah Bima dibalik stigma dan pemberitaan yang terkadang tidak sesuai dengan realitas yang ada.

Lanjutnya, dalam menjalankan tugasnya, TPFR terkendala dalam hal belum adanya data pasti dari pihak Kepolisian. Hadi mengaku, pernyataan yang dikeluarkan dari tingkat Polres, Polda, maupun Mabes Polri mengenai identitas para terduga yang ditembak mati dan ditangkap, serta jumlah dan jenis barang bukti yang diamankan selalu berubah-ubah. Hal ini membuat kerja timnya semakin berat dengan tidak jelasnya data awal dalam melakukan investigasi.

“Keterangan dari pihak Kepolisian tidak sinkron satu sama lain, kami mohon Kepolisian segera memfinalisasi data agar ada kejelasan dalam masyarakat,”  pungkasnya.  [BQ]