Kabar Dompu

Dompu Dapat Tambahan Kuota Pupuk 2 Ribu Ton

251
×

Dompu Dapat Tambahan Kuota Pupuk 2 Ribu Ton

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Dompu, Kahaba.- Sebagai salah satu daerah central pengembangan jagung di NTB, Kabupaten Dompu pada masa tanam 2018 – 2019 mendapat tambahan alokasi pupuk hingga 2.000 ton.

Dompu Dapat Tambahan Kuota Pupuk 2 Ribu Ton - Kabar Harian Bima
Ilustrasi

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu Ilham menjelaskan, Kabupaten Dompu ditargetkan pemerintah provinsi untuk luas tanam jagung hingga 124 ribu Ha. Namun kesanggupan daerah berdasarkan potensi yang ada hanya 89 ribu Ha untuk masa tanam Oktober 2018 – Maret 2019.

Dompu Dapat Tambahan Kuota Pupuk 2 Ribu Ton - Kabar Harian Bima

“Tapi kekurangannya akan diupayakan pada musim kemarau (MK) 1 dan MK 2 di lahan – lahan persawahan,” katanya, Rabu (3/10).

Target perluasan tanaman jagung di Kabupaten Dompu ini kata dia, akan diikuti dengan dukungan ketersediaan pupuk dan bibit. Untuk kuota pupuk, Kabupaten Dompu mendapat alokasi hingga 16 ribu ton. Jumlah ini sudah mendapat tambahan hingga 2 ribu ton oleh Provinsi untuk mengantisipasi kebutuhan pupuk yang besar pada masa tanam Oktober – Maret.

“Kita mendapat tambahan 2 ribu ton, diambil dari daerah lain yang tidak terserap kuota pupuknya,” ungkapnya.

Kendati ada tambahan pupuk, petani pun diingatkan untuk tidak membeli pupuk saat pupuk dibutuhkan. Terlebih pada masa tanam Oktober – Maret bertepatan dengan musim hujan. Sehingga dikhatirkan mobilisasi pupuk akan sulit. Sehingga petani bisa menyiapkan lebih awal kebutuhan sesuai luas tanam.

Terhadap kebutuhan bibit jagung Ilham mengaku, juga akan didukung pemerintah. Hanya saja, alokasi bibit jagung tahun ini berbeda dari tahun 2017 lalu. Jika pada 2017 lalu, alokasi bantuan bibit dibagi 70 persen bibit unggulan petani dan 30 persen bibit produksi penangkar lokal. Namun 2018 ini, polanya dibalik 70 persen hibrida produksi penangkar lokal dan 30 persen hibrida unggulan petani.

“Ini mungkin supaya hibrida penangkar lokal bisa hidup,” katanya.

Ilham sendiri mengakui, hibrida penangkar lokal kurang diminati petani karena produktifitasnya yang rendah. Sementara biaya produksi yang harus dikeluarkan petani jumlahnya sama.

“Petani yang sudah biasa, mereka lebih baik beli sendiri bibit sesuai keinginannya,” terangnya.

*Kahaba 09