Kabar Kota Bima

Inovasi Si Upin Capek Uber Rusa, Identifikasi Penderita Suspect Tuberkulosis di Masyarakat

667
×

Inovasi Si Upin Capek Uber Rusa, Identifikasi Penderita Suspect Tuberkulosis di Masyarakat

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Ary Iztihar, Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mengabdi di Puskesmas Mpunda Dinas Kesehatan Kota Bima telah menggagas inovasi kesehatan untuk melacak suspek tuberkulosis paru. Inovasi tersebut telah berjalan 4 tahun dan menangani puluhan warga.

Inovasi Si Upin Capek Uber Rusa, Identifikasi Penderita Suspect Tuberkulosis di Masyarakat - Kabar Harian Bima
Ary Iztihar, penggagas Si Upin Capek Uber Rusa. Foto: Ist

Ary menyebutkan, inovasi tersebut diberi nama Si Upin Capek Uber Rusa (Aksi Ketuk Pintu Pelacakan Suspek Tuberkulosis Paru di Masyarakat). Pun pernah ikut dilombakan sekitar tahun 2020 dan berhasil menyabet penghargaan.

Inovasi Si Upin Capek Uber Rusa, Identifikasi Penderita Suspect Tuberkulosis di Masyarakat - Kabar Harian Bima

Secara umum ia menjelaskan, Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosis. Di seluruh dunia penyakit TB adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian. Data resmi Global Tuberculosis Report tahun 2020 sebanyak 10 juta orang di dunia terdeteksi penyakit ini dengan 5,8 juta pria, 3,2 juta wanita dan 1 juta anak-anak.
Komitmen global dalam mengakhiri tuberkulosis kata dia, dituangkan dalam End TB Strategy yang menargetkan penurunan kematian akibat Tuberkulosis hingga 90 persen pada tahun 2030.

Menurut laporan WHO sambung Ary, Indonesia berada dalam daftar 30 negara dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia dan menempati peringkat tertinggi ketiga di dunia terkait angka kejadian tuberkulosis.
Sementara data Global TB Report tahun 2020, perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TBC di Indonesia mencapai 845.000, dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam.

Kemudian Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2021, dengan jumlah total kasus TB sebanyak 2.780 kasus. Kota Bima jumlah total kasus sebanyak 278 kasus, sedangkan di wilayah UPT Puskesmas Mpunda sebanyak 40 kasus.

Ary memaparkan, kondisi yang ada memerlukan upaya program penanggulangan TB untuk menutup celah dalam deteksi dan pengobatan TB.

Diakuinya, dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia, banyak tantangan yang dialami, di antaranya munculnya pandemi Covid-19 sehingga fokus program kesehatan dialihkan untuk penanggulangan pandemi.

Belum lagi efek psikologis dari tuberkolosis, dimana sering dilihat penyakit tersebut sebagai statistik kasus penyakit yang saat ini tidak lebih sering terdengar dibanding Covid-19. Padahal dimensi kasus TB meliputi banyak kondisi, seperti persoalan kemiskinan, stigma, diskriminasi, kepercayaan dan guna-guna serta isu kesehatan mental.

Inovasi Si Upin Capek Uber Rusa, Identifikasi Penderita Suspect Tuberkulosis di Masyarakat - Kabar Harian Bima
Ary Iztihar, saat turun mengidentifikasi penyakit Tuberkulosis di masyarakat. Foto: Ist

“Kondisi ini menyebabkan masyarakat rentan tertular TBC, ini tentunya berisiko meningkatkan jumlah kasus serta sumber penularan TBC,” tandasnya.

Kemudian tantangan program penanggulangan TB di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya Kota Bima yaitu, pertama cakupan penemuan kasus TB yang masih rendah, kedua pelaksanaan jejaring puskemas pelaksana mandiri (PPM) yang belum optimal, ketiga pendanaan yang masih tergantung dari dana APBD, BOK dan DAK yang belum maksimal dan keempat kurangnya kemitraan yang sinergis.

Tidak hanya itu, kendala terbesar yang ditemui di lapangan adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penyakit TBC. Dengan permasalahan tersebut, muncul inovasi Si Upin Capek Uber Rusa atau Aksi Ketuk Pintu Pelacakan Suspek Tuberkulosis Paru di Masyarakat.

“Kendala umum lainnya yakni pasien masih malu dan menganggap bahwa penyakit ini bukan penyakit medis. Maka inovasi ini muncul sebagai solusi atas rendahnya cakupan penemuan terduga TB dan kasus TB Paru positif di Kota Bima,” jelasnya.

Ary mengugkapkan, inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan penemuan terduga dan kasus tuberkulosis di masyarakat melalui penyebarluasan informasi atau edukasi, deteksi dini dan upaya ketuk pintu ke rumah-rumah yang terduga TB.

Inovasi ini menggandeng eks penderita TB dan keluarga penderita TB untuk menjadi agen pemberdayaan yang memberikan edukasi kepada masyarakat agar proaktif memeriksakan diri ke Puskesmas jika mengalami gejala TB.

Lalu jelasnya lagi, inovasi ini juga menggandeng tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan, pejabat pemerintahan, organisasi kemasyarakatan dan media massa, yang diharapkan dapat berperan dalam penanggulangan TB, antara lain sebagai panutan untuk tidak menciptakan stigma dan diskriminasi terkait TB, membantu menyebarluaskan informasi tentang TB dan PHBS, mendorong pasien TB untuk menjalankan pengobatan secara tuntas, mendorong masyarakat agar segera memeriksakan diri ke layanan TB yang berkualitas.

Inovasi Si Upin Capek Uber Rusa, Identifikasi Penderita Suspect Tuberkulosis di Masyarakat - Kabar Harian Bima
Ary Iztihar, saat turun sosialisasi penyakit Tuberkulosis di masyarakat. Foto: Ist

Semenjak adanya inovasi ini, dirinya pun setiap bulan tetap turun untuk menjaring. Jika telah dinyatakan positif, maka akan ditindaklanjuti dengan pengobatan. Sejak tahu 2019, terdata 34 pasien dan 100 persen dinyatakan sembuh. Demikian juga pada 2020, ada sekitar 34 pasien TB dan sudah sembuh 100 persen.

“Untuk tahun 2021, ada peningkatan menjadi positif 36 pasien, 80 persen sembuh dan sisanya masih dalam tahap pengobatan,” beber Ary.

*Kahaba-01