Kabar Kota Bima

Tolak Pembongkaran Rumah, Warga tidak Mau Tinggal di Kandang Kambing

2650
×

Tolak Pembongkaran Rumah, Warga tidak Mau Tinggal di Kandang Kambing

Sebarkan artikel ini

Kota Bima, Kahaba.- Warga Kelurahan Dara dan Paruga hari ini, Senin (7/11) menyatakan penolakan bongkar rumah warga bantaran sungai, jika pembongkaran tidak mulai dari titik nol yakni Jembatan Padolo I. Juga apabila kondisi rumah di relokasi tidak layak ditempati.

Tolak Pembongkaran Rumah, Warga tidak Mau Tinggal di Kandang Kambing - Kabar Harian Bima
Warga Dara dan Paruga saat memprotes rencana pembongkaran pemukiman di bantaran sungai. Foto: Bin

Iksan warga Kelurahan Paruga mengaku setuju rumah warga bantaran sungai dibongkar, tapi harus dimulai dari titik nol yakni dari Jembatan Padolo 1. Pasalnya, rencana pembongkaran tersebut tidak menyentuh sejumlah rumah dan toko milik warga non pribumi.

Tolak Pembongkaran Rumah, Warga tidak Mau Tinggal di Kandang Kambing - Kabar Harian Bima

“Ada Toko Colombia, rumah milik Baba Ngeng, rumah H Syafru dan Toko Sadar. Mereka tidak mau dibongkar rumah dan tokonya,” ungkap Iksan.

Jika ingin membongkar kata dia, harus adil. Semua rumah yang jaraknya 5 meter dari bantaran sungai, harus dibongkar.

“Jangan pilih kasih, semua harus dibongkar,” pintanya.

Ketua RT 13 Binabaru Kelurahan Dara Hartono juga menegaskan, masyarakat yang sudah terima rumah relokasi tidak menolak, karena sudah tanda tangan juga. Tapi kondisi rumah relokasi saat ini tidak memiliki fasilitas umum. Ini yang justru menjadi penolakan warga untuk tinggal di pemukiman baru

“Sekolah, masjid, jaringan telpon, Puskesmas dan air bersih belum ada, bagaimana masyarakat mau pindah,” tegasnya.

Warga Kelurahan Dara, Imam Juardi juga menegaskan menolak untuk direlokasi. Karena selama ini, hidup mereka sudah susah mendapatkan air bersih, lantas dihadapkan lagi dengan masalah yang sama di Kadole.

“Rumus dari mana, kami di Bina Baru baru menikmati ketersediaan air bersih, kemudian dipaksa pindah ke lokasi yang tidak ada air bersih,” cetusnya.

Hal lain yang membuat warga menolak, melihat kondisi rumah relokasi yang tidak layak dihuni. Tembok retak, lantai hancur, atap rusak dan masih banyak bagian bagian lain yang sudah tidak layak untuk ditempati.

“Kami tidak mau tinggal di kandang kambing,” ujarnya.

*Kahaba-01