Kota Bima, Kahaba.- Selain melakukan normalisasi sungai melalui program JICA Jepang, penanganan banjir di Kota Bima juga akan ditata drainase. Untuk penataan tersebut, Pemerintah Kota Bima mendapat dukungan dari Nuvret Bank Dunia.
Kepala Bappeda dan Litbang Kota Bima H Fakhrunrazi mengatakan, penanganan banjir Kota Bima, sudah ada skenarionya. Selain anggaran dari JICA Jepang senilai Rp 230 miliar lebih, juga dukungan dana dari pihak lain.
“Tahun 2023 ini, Pemerintah Kota Bima didukung anggaran dari Nuvret Bank Dunia senilai Rp 400 miliar, yang secara bertahap dikucurkan selama 5 tahun,” ujarnya, Selasa (06/12).
Ia menjelaskan, anggaran dari Nuvret Bank Dunia ini diprioritaskan untuk penanganan drainase perkotaan. Kendati sudah ada penataan drainase di Kota Bima, tinggal dilakukan pendalaman dan perluasan yang akan dilaksanakan beberapa tahap.
Tahap pertama, akan digarap drainase mulai Taman Ria Kota Bima sampai ke barat. Lalu kemudian dari Kelurahan Santi sampai ke wilayah barat.
“Nanti akan diintegrasikan dengan program yang ditangani JICA,” jelasnya.
Fakhrunrazi mengungkapkan, program dari Nuvret ini sedang disusun Detai Engineering Desain (DED) oleh Balai Wilayah Sungai (BWS). Maka dengan adanya program ini, merupakan sebuah komitmen untuk memperbaiki daerah yang jadi salah satu pilot project penanganan banjir perkotaan.
“Ada 5 daerah yang menjadi pilot project, yaitu Kota Bima, Manado, Semarang, Pontianak dan Medan,” sebutnya.
Mantan Kepala DLH itu menambahkan, dipilihnya Kota Bima karena merupakan salah satu kota tangguh bencana, juga memiliki kebijakan lokal dengan terbentuknya TSBK yang berjalan efektif, ada FPRB yang mampu edukasi masyarakat dan membuat dokumen penanggulangan bencana di tingkat Kelurahan.
“Masyarakat Kota Bima dianggap memiliki kesiapan untuk mitigasi bencana, termasuk dari bentuk rumahnya menggunakan rumah panggung,” tambahnya.
*Kahaba-04