Opini

Penerapan Sistem Agroforestry, Kurangi Resiko Banjir Kiriman

539
×

Penerapan Sistem Agroforestry, Kurangi Resiko Banjir Kiriman

Sebarkan artikel ini

Oleh: Zulharman, S.Hut.,M.Ling

Zulharman, S.Hut.,M.Ling
Zulharman, S.Hut.,M.Ling

Peristiwa banjir yang melanda Kota Bima tanggal 24 Januari 2016 kemarin terjadi setelah Kota Bima diguyur hujan kurang lebih 3 jam, yang mengakibatkan meluapnya beberapa sungai yang ada di Kota Bima seperti sungai Padolo, Romo dan lain-lain. Persoalan banjir merupakan masalah yang kerap terjadi beberapa tahun terakhir ini di Kota Bima, yang disebabkan sedimentasi sungai yang nyaris menjadi dangkal akibat dari pembuangan sampah. Selain itu, buruknya drainase perkotaan sehingga air hujan tidak dapat tersalurkan dengan baik akibat dari drainase yng buruk.

Penerapan Sistem Agroforestry, Kurangi Resiko Banjir Kiriman - Kabar Harian Bima

Namun terlepas dari masalah sungai dan drainase, yang menarik adalah banjir yang terjadi di Kota Bima sebagian besar merupakan luapan air kiriman dari beberapa kawasan gundul yang ada di kawasan pegunungan Kota Bima seperti Lelamase, Nungga, Dodu, Oi Fo’o dan beberapa kawasan di utara selatan Kota Bima. Apabila hujan terjadi pada kawasan tersebut, maka air hujan langsung turun ke kawasan pusat Kota Bima, karena tidak ada pohon-pohon yang menahan laju air tersebut, yang disebabkan oleh penggundulan hutan yang marak terjadi, baik oleh masyarakat maupun pihak-pihak tertentu.

Kondisi kawasan hutan sebagai akibat dari pembalakan untuk tegalan oleh masyarakat sangat rusak, hampir tidak ada pohon-pohon yang tumbuh. Pola bercocok tanam pada tegalan tersebut sangat tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan sehingga akan mengakibatkan terjadinya banjir mapun tanah longsor. Kondisi ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tidak kondusif juga menyebabkan banjir kerap terjadi oleh karena itu untuk mencapai kondisi Daerah aliran sungai (DAS) yang kondusif perlu upaya konservasi dan rehabilitasi tanah dan air di kawasan tersebut. Konservasi tanah dan air bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan serta menurunkan atau menghilangkan dampak negatif pengelolaan lahan seperti erosi/longsor, sedimentasi dan banjir.

Upaya konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara sipil teknik (mekanis) dan secara vegetatif. Pengendalian banjir dan erosi secara vegetatif merupakan pengendalian erosi dan banjir yang didasarkan pada peran tanaman, sehingga mengurangi daya pengikisan dan penghanyutan tanah oleh aliran permukaan yang menyebabkan sedimentasi atau pendangkalan sungai. Tanaman dapat berfungsi melindungi permukaan tanah terhadap pukulan air hujan, melindungi daya transportasi aliran permukaan, dan menambah infiltrasi tanah, sehingga pasokan dan cadangan air dalam tanah meningkat. Pangkasan dan seresah tanaman dapat memasok bahan organik dan hara, serta dapat menyediakan pakan untuk ternak. Cara vegetatif dapat dilakukan dengan penanaman tanaman penutup tanah, penanaman sistem lorong, dan penghijauan.

Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sekaligus menekan laju erosi yang menyebabkan banjir, upaya konservasi dapat dilakukan secara terpadu antara pendekatan sipil teknik (mekanis) dan secara vegetatif seperti pembuatan teras dengan penanaman ganda (Multiple cropping), termasuk sistem agroforestri yang memadukan tanaman pertanian dengan tanaman Hutan. Sistem penanaman ganda merupakan sistem bercocok tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman dalam sebidang tanah secara bersamaan atau digilir, seperti pada sistem tumpangsari (Intercropping) yang membudidayakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah dalam waktu yang bersamaan.

Salah satu bentuk tumpang sari yang banyak diterapkan dan sangat efektif dalam menunjang konservasi tanah dan air adalah sistem agroforestri. Agroforestri merupakan pola tumpang sari yang memadukan tanaman tahunan (hutan) dengan tanaman pertanian (tanaman pangan, hortikultura atau perkebunan). Pola ini cukup efektif dalam pengendalian erosi dan banjir, rehabilitasi lahan, dan melalui pola tanam secara khusus cukup efektif dalam konservasi lereng rawan longsor. Penutupan lahan yang rendah akibat konversi hutan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan daerah menjadi rawan banjir dan longsor.

Selain itu penanaman pohon bambu merupakan alternatif yang baik dalam mengurangi resiko banjir, terutama pada kawasan lahan kritis di kota Bima karena Bambu merupakan tanaman yang secara botanis tergolong pada famili Gramineae (rumput). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3.800 m di atas permukaan laut. Bambu mempunyai akar serabut yang panjang, lebat dan kuat sehingga mampu memperkokoh struktur tanah serta menyimpan air yang pada akhirnya akan meningkatkan volume air bawah tanah seterusnya mampu menjaga kontinuitas dan stabilitas debit mata air, selain itu, 90 persen air hujan yang datang dapat diserap dan disimpan dengan baik didalam akar tanah maupun didalam rongga batang bambu, fungsi lain dari bambu dapat menstimulasi kembalinya mata rantai dan keseimbangan ekosistem.

Peran vegetasi hutan dalam mengendalikan stabilitas tanah pada lereng sangat besar melalui peran secara hidromekanik dan bioteknik. Vegetasi berperan dalam aspek hidrologi yaitu menurunkan kelembaban air tanah melalui proses evapotranspirasi dan aspek mekanis perkuatan ikatan akar pada partikel tanah pada lereng (jaringan akar dan penjangkaran akar sampai lapisan kedap). Diantara faktor yang berpengaruh pada longsor dan banjir, faktor vegetasi merupakan faktor yang dapat kita kelola, baik melalui pemilihan jenis tanaman maupun pengaturan kerapatan tanaman. Upaya penutupan lahan atasan dengan pohon penghijauan perlu dilakukan terutama di lahan atas yang rentan banjir dan longsor. Semoga system ini dapat diterapkan oleh pemerintah dam masyarakat sehingga dapat mengurangi banjir yang melanda kota Bima pada tahun-tahun yang akan datang. AYOO MENANAM POHON, SAVE OUR FOREST, FOR OUR LIFE.

*Dosen Jurusan Kehutanan Univ. Muhammadiyah Malang, Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana dan Dosen (FKMPD) Bima Dompu Malang