Opini

Setelah Lulus, Ngapain?

436
×

Setelah Lulus, Ngapain?

Sebarkan artikel ini

Oleh: Khairunnisa S.Pd*

Setelah Lulus, Ngapain? - Kabar Harian Bima
Ilustrasi

Pertanyaan ‘setelah lulus ngapain?’ biasanya untuk mereka yang telah menyelesaikan ujian. Ujian yang dimaksud adalah ujian yang dilewati oleh mereka yang berseragam merah putih, putih biru dan putih abu-abu. Tetapi yang lebih sering mendapatkan pertanyaan itu adalah siswa SMA/SMK/MA.

Setelah Lulus, Ngapain? - Kabar Harian Bima

Kenapa demikian? Karena yang SMA ini belum tentu bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya yakni perguruan tinggi. Ini menjadi dilema tahunan bagi siswa-siswa SMA karena kebingungan tentang masa depan mereka.

Tak sedikit yang abai jika ditanya, ‘setelah lulus ngapain?’. Jika pertanyaan menjadi sesuatu yang tidak begitu penting untuk dijawab, maka sudah pasti orang tersebut tidak menganggap begitu penting masa depannya sendiri. Namun, tidak sedikit pula yang memberikan jawaban setelah lulus adalah melanjutkan kuliah. Meski pilihan akhir jatuh pada kampus “tak berkualitas.”

Pentingnya pertanyaan itu dijawab setidaknya memberikan gambaran atau rencana masa depan. Sebab hari ini adalah karunia (hadiah), masa depan adalah misteri. Langkah bisa lebih terarah, mau ngapain dan hendak kemana nantinya. Sehingga tidak sekedar ikut-ikutan atau asal-asalan karena jargon “nggak kuliah nggak keren!, Harus kuliah, kan teman-teman pada kuliah”. Maka, sedari awal tujuan harus ditetapkan. Supaya langkah selanjutnya bisa tergambarkan.

Ibaratnya, ketika hendak pergi ke suatu tempat tapi tidak tahu tujuannya hendak kemana, melakukan perjalanan itu untuk apa, naik kendaraan apa? Apa yang tidak boleh dilakukan? Dan seterusnya.

Setidaknya ada beberapa kemungkinan setelah lulus sekolah. Pertama, setelah lulus melanjutkan kuliah. Kedua, setelah lulus mulai berbisnis atau bekerja. Ketiga, setelah lulus menganggur. Meski yang ketiga ini bukan pilihan. Tetapi setiap pilihan itu tergantung situasi dan kondisi para siswa. Situasi dan kondisi bukan hanya pada soal siswa sudah siap untuk ke jenjang kuliah. Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor yang sangat besar dan berpengaruh. Apatah lagi ekonomi menjadi penentu kualitas pendidikan. Jika ingin kuliah dikampus kece maka harus sepadan dengan ekonomi yang dimiliki. Sehingga penikmat pendidikan berkualitas hanyalah orang kaya. Yang nggak kaya, ya seadanya.

Nah, berbicara soal tujuan kuliah. Maka lulusan yang bergelar muslim harus kembali kepada tujuan awal diciptakannya manusia sebagai hamba Allah. Lulusan yang muslim pastinya harus tahu tujuan dia diciptakan. Iya nggak? Dalam Qur’an surat Ad-Dzariyat: 56 dijelaskan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Artinya, setiap langkah kaki manusia harus bersandar pada aturan Allah agar bernilai ibadah. Sehingga setiap langkah kaki dan waktu sangat berarti. Termasuk langkah kaki menuju jenjang pendidikan, bukan hanya sekedar life style. Pun yang tidak melanjutkan kuliah dengan waktu yang dimiliki haruslah dimanfaatkan seoptimal mungkin agar tercipta kualitas diri. Imam syafi’i menyampaikan “waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang menebasmu.”

Setelah lulus bukan berarti merdeka dari segala penjajahan. Eiitss! Maksudnya merdeka dari aktifitas belajar. Maka tidak ada istilahnya waktu dihabiskan untuk nonton, nge-game, nge-gadget yang berlarut-larut sampai lupa waktu. Ingat! Waktu terus berjalan. Lalu apa yang sudah kita lakukan dengan waktu tersebut? Begitu banyak orang yang tidak sempat beramal dan berkarya hanya karena hilangnya kesempatan dan waktu luang, apalagi kalau yang usianya sudah sepuh. Laah.. yang masih muda harusnya dengan kenikmatan yang banyak dimanfaatkan sebaik-baik mungkin. Nabi Saw bersabda “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun ‘alaih).

Jelas ya guys, yang masih muda dengan potensi yang luar biasa banyak. Kadang berdalih bahwa ‘semasih muda dinikmati sepuas mungkin karena muda nggak dua kali’. Atau dengan semboyan ‘muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk syurga’. Padahal ini adalah semboyan bagi remaja yang tidak mau maju. Atau setelah lulus melakukan aksi kongkow sepanjang jalan dengan seragam yang penuh dengan coretan. Atas nama merdeka dari kegiatan belajar, maka perlu dirayakan. Seolah setelah UN tidak ada ujian lagi. Padahal yang namanya hidup itu kita pasti diuji dan diuji dengan berbagai persoalan hidup. Maka persiapannya adalah ilmu tentang kehidupan dan pengetahuan yang mapan. Iya nggak? Hayoo… nggak punya ilmu ya nggak tau cara memberikan solusi dalam kehidupan.

Jika berkaca pada generasi peradaban Islam jaman old, bikin hati terdecak kagum. Kenapa tidak, ilmuwan keceh lahir dari sana. Tahu kan Al-Khawarizmi dengan keahliannya di bidang ilmu matematika, Ibnu Sina (bapak kedokteran dunia), Ibnu Firnas, Maryam Asturlaby (Astrolab), Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Jabir Bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia, Al-Kindi (filsafat), Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (Astronomi). Mereka dengan kemampuan seabrek tidak dibawa dari lahir. Karena keahlian itu diciptakan sendiri dengan segala daya upaya dan waktu yang panjang. Jangan mimpi jika mau sukses tapi tak ada upaya untuk memaksimalkan potensi diri. Sebab potensi generasi muda sangat banyak. Mulai dari fisiknya, kreatifitas, intelektualitas, energik, pemikiran bersih, resah terhadap ketidakberesan. Nah potensi inilah yang harus dilejitkan kearah yang positif untuk kemajuan diri dan berkontribusi besar bagi masyarakat banyak.

Disini penulis mau berbagi tips. Hal apa yang dilakukan setelah lulus? Pertama, menetapkan tujuan hidup bukan hanya setelah lulus UN. Tapi jauh-jauh hari tujuan harus ditetapkan. Menetapkan tujuan haruslah bersandar kepada tujuan kita sebagai hamba Allah SWT, yaitu semata-mata beribadah kepadanya. Kuliah, bisnis, bekerja, nganggur atau apapun yang dilakukan setelah lulus semata-mata dengan tujuan untuk mencari ridha Allah SWT.

Kedua, setelah tujuan ditetapkan maka alur dan target kedepan sudah ada gambaran. Kenali potensi diri. Jika memiliki keahlian mislanya nih, yang lihai dibidang ilmu teknologi, bisa nulis, bisa ngomong, bisa dibidang kesehatan dan bidang-bidang lain monggo di perdalam lagi dan lagi.

Ketiga, yang melanjutkan kuliah silahkan pilih kampus terbaik terutama yang sudah terakreditasi bukan kampus-kampusan (ilegal). Tetapkan jurusan yang diambil sesuai potensi, dan jangan lupa pilih lingkungan tinggal terbaik (kos) yang aman. Terutama yang bisa memberikan kenyamanan bagi kamu untuk belajar dan beristrahat.

Keempat, jika lulus dengan jurusan yang diambil alhamdulillah sah menjadi anak kampus. Tapi jangan sekedar ngampus guys, atau mahasiswa 4K (Kos, Kampus, Kantin, Kampung). Ingat dipundakmu ada beban yang membutuhkan peran besar dari mahasiswa sebagai agen of change (perubahan). Mengubah diri dan mengubah orang lain termasuk kondisi rusak hari ini.

Yang nggak kuliah gimana setelah lulus? Okey! Yang kerja, monggo cari kerja yang halal atau bisnis yang halal. Sehingga barokahnya dapat dunia wal akhirat. Yang nganggur? Yang nganggur bukan berarti nganggur dari segala aktifitas bermanfaat. Jangan karena nganggur lantas malas-malasan. Justru ini adalah kesempatan terbaik untuk belajar dan menciptakan kreatifitas.

Now, lets be the best generation yang menjadikan umur dan waktu terbaik untuk berkarya. Remaja hebat adalah yang mengukir prestasi sepanjang masa. Menata masa depan bukan hanya masa depan diri sendiri tetapi masa depan umat. Karena kita nggak hidup sendiri di bumi ini. Setelah lulus? mikirin diri, don’t forget think about problem ummat. Okey? Oke laah. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa (dari umatku) yang ketika bangun pagi tidak memikirkan nasib umat, maka dia bukan umatku (umat nabi Muhammad Saw)”. (HR. Ahmad)

*Pengajar, Pemerhati Remaja & Member Akademi Menulis Kreatif Regional Bima

Mengenal Penyebab Kebakaran dan Penanganan Dini - Kabar Harian Bima
Opini

Oleh: Didi Fahdiansyah, ST, MT* Terdapat Peribahasa “Kecil Api Menjadi Kawan, Besar Ia Menjadi Lawan” adapun artinya kejahatan yang kecil sebaiknya jangan dibiarkan menjadi besar. Begitupun…