Opini

Ketika Organisasi Terstigma Keras Bersatu Melawan Corona

288
×

Ketika Organisasi Terstigma Keras Bersatu Melawan Corona

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ilham A Rasul*

Ketika Organisasi Terstigma Keras Bersatu Melawan Corona - Kabar Harian Bima
Ilham AR. Foto: Ist

Dampak pandemi global covid-19 terhadap kondisi sosial, budaya dan politik dirasakan oleh semua komponen bangsa saat ini. Ketika kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan, maka praktis aktivitas ekonomi politik menjadi lumpuh. Mata pencaharian sebagian besar warga terancam hilang. Maka bayang-bayang potensi kerusuhan harus menjadi perhatian pihak keamanan, terutama pelibatan kaum muda dan civil society.

Ketika Organisasi Terstigma Keras Bersatu Melawan Corona - Kabar Harian Bima

Di tengah kesulitan bersama itu, muncul aksi kepedulian dari berbagai kelompok, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan dan organisasi kemahasiswaan dan aneka ragam komunitas di Indonesia. Mereka kompak mendistibusikan bantuan sembako, masker dan sebagainya untuk menolong sesama. Harus diakui pemerintah tidak bisa sendirian untuk mengatasi wabah corona ini. Perlu kolaborasi semua komponen.

Yang menarik adalah organisasi yang dicap spesialis kekerasan selama ini bahkan turun gunung, berbagi dan menunjukkan solidaritas sosial kemanusiaan. Media terkadang memberitakan sisi minor mereka saja, memberi labeling “preman”, padahal sisi humanis dan jiwa kesetiakawanan mereka sangat besar. Lagi pula sejumlah kaum berdasi yang selama ini disorot karena perilaku korupsinya, bukankah itu juga tindakan premanisme?

Memang semua kelompok masyarakat, segenap komponen bangsa dan negara kena dampak serius dari cobaan yang berat ini. Tapi yang paling kesusahan adalah warga kurang mampu yang disebut sebagai pekerja informal dan harian. PSBB diberlakukan, sementara mereka harus keluar rumah untuk mencari rezki. Dan ini memang sebuah dilema yang berat.

Wajah perekonomian rakyat kecil benar-benar terpukul. Lebih tepatnya kita semua. Oleh sebab itu, kolaborasi secara sinergis menjadi penting. Gelombang pemutusan hubungan kerja terus mengancam kondisi ekonomi kita. Di tengah situasi yang kompleks itu, rupanya masih banyak sekali orang-orang baik di negeri ini.

Berbagai organisasi terstigma keras menggelar solidaritas kemanusiaan. Dihimpun dari kompilasi media massa, mereka yang bergerak antara lain Pemuda Pancasila, Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB), Ikatan Pemuda Karya (IPK), Forkabi, komunitas Daboribo, hingga Front Pembela Islam (FPI). Saya yakin organisasi dan komunitas semacam itu masih banyak lagi yang baksos di tengah covid-19, mungkin luput dari pantauan saya.

Sepotong Inspirasi

Pemuda Pancasila di bawah pimpinan Yapto S Soerjosoemarno mendukung Deklarasi Gerakan Nasional Gotong Royong Cegah Corona (18 April 2020). Gerakan Nasional Gotong Royong Cegah Corona tersebut untuk mengedukasi masyarakat tentang protokol hidup sehat, menyemprot disinfektan di rumah ibadah, pasar dan pemukiman padat serta. Selain itu juga memberikan bantuan sosial paket sembako dan kebutuhan masyarakat lainnya.

Pada tanggal 18 April 2020, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) membagikan APD, Masker, buah Jambu dan Blender untuk menunjang kesehatan para petugas medis yang merawat pasien positif Corona, membagikan secara serentak di 34 titik rumah sakit yang berada di Jabodetabek dan Tangsel.

6 April 2020, komunitas Daboribo di Wonosobo – Jawa Tengah membagikan 1.000 masker dan penyemprotan disinfektan. Pada tanggal 5 April 2020, GRIB di Bekasi membantu warga di Tambun Selatan, membagikan masker, paket sembako dan uang ke rumah-rumah anak yatim, anak-anak kecil dan ibu-ibu rumah tangga melalui PAC GRIB Tambun Selatan. Kemudian 22 April 2020, GRIB Jakarta Barat menyalurkan paket bantuan beras dan Indomie bagi warga terdampak di seputaran Kelurahan Palmerah, Jakarta Barat.

Pada 12 April 2010, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Pemuda Karya (IPK) Provinsi Riau membagikan masker di halaman Masjid Taqwa, Jl Cokroaminoto, Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Pekanbaru Kota, Kota Pekanbaru. Tak ketinggalan, Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Kepulauan Meranti menyalurkan paket Sembako kepada kaum duafa di beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Tebing Tinggi pada 22 April 2020.

Energy of Harmony

Sebagai Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan DPP KNPI pimpinan Haris Pertama, seringkali organisasi dan komunitas yang disebutkan di atas bekerja sama dengan KNPI, bukan hanya masa-masa normal sebelumnya, tapi juga pada masa pandemi, yakni bersama memberikan sembako, masker dan barang-barang yang diperlukan oleh warga terdampak corona. Termasuk saling mengingatkan untuk menjaga jarak (physical distancing), kalau keluar rumah jangan lupa pakai masker, rajin cuci tangan, dan jauhi kerumunan. Sehingga rantai penularan corona dapat diputus.

Haris pertama selaku ketua umum DPP KNPI menyampaikan dalam beberapa kesempatan, agar kita semua membangun harmonisasi dengan semua elemen, apapun organisasi dan lembaganya. Hal ini berkaitan dengan pengarus-utamaan “Energy of Harmony”. Yang penting tujuannya sama, yakni mengantarkan Indonesia ke gerbang kemajuan yang adil, makmur dan disegani dalam pergaulan dunia. Fokus sekarang adalah bagaimana Indonesia segera lepas dari terjangan virus corona ini, lalu recovery cepat di sektor ekonomi.

Sumbangsih sejumlah organisasi dan komunitas tersebut, mungkin dinilai kecil. Lagi pula mereka hanya kumpulan individu-individu, yang organisasinya dibiayai lewat iuran anggota. Kalau pengusaha yang menyumbang itu sih biasa. Tapi kalau organisasi sipil turut menyumbang, tentu sangat luar biasa. Barangkali mereka sebenarnya kena dampak juga. Namun begitulah inti solidaritas kemanusiaan itu. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Inilah momentum bagi kita bersatu dan bersinergi melawan corona sebagai musuh bersama. Hilangkan perbedaaan, lalu mencari titik temu berupa tujuan yang sama untuk membangun republik ke depan.

Sinergi ormas dan komunitas itu adalah pukulan berat bagi pada elite politik, termasuk pendukungnya di bawah yang fanatik, yang ternyata masih saja saling nyinyir, semacam memutar kembali memori pilpres 2019, blok-blokan yang tak pernah berkesudahan di medsos. Marilah kawan, corona ini musuh bersama, makanya harus dihadapi bersama.

Pada bulan suci ramadhan ini, mari gaungkan pertaubatan nasional. Kepada para elite politik, belajarlah jiwa kebijaksanaan dari kekompakan para ormas tadi, buang-buang jauh-jauh dulu perbedaan bendera politik. Perintahkan seluruh kader parpolnya, untuk menolong warga terpapar corona. Khusus anggota DPR, mereka mesti potong gajinya untuk diberikan kepada kaum mustadh’ifin, kaum proletar. Mudah-mudahan berkah, dan corona segera berlalu.

*Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan DPP KNPI