Hiburan

Dari Bima, Chef Muhammad Sarjan Mendunia

471
×

Dari Bima, Chef Muhammad Sarjan Mendunia

Sebarkan artikel ini

Los Angeles, Kahaba.- Tahukah anda, salah seorang chef muda Indonesia yang melanglang buana di Amerika Serikat adalah berasal dari daerah Bima? Seorang Muhammad Sarjan sejak tahun 2006 berhasil mengembangkan karirnya di sejumlah restoran terkemuka di AS dan bahkan beberapa kali didaulat mengisi acara kuliner di televisi.

chef muhammad sarjan
Chef Muhammad Sarjan. Foto: koleksi pribadi

Menjadi juru masak adalah profesi yang jarang diidamkan oleh banyak orang apalagi berjenis kelamin lelaki. Begitupun lelaki kelahiran Sila Kananga 27 tahun silam yang akrab dipanggil Sarjan itu, tak pernah menduga suratan takdir membawa ia jauh dari negerinya untuk menjadi chef.

Dari Bima, Chef Muhammad Sarjan Mendunia - Kabar Harian Bima

Kepada Kahaba, Sarjan menceritakan, lompatan pertama dalam hidupnya adalah ketika memutuskan meninggalkan kampung halamannya untuk menempuh pendidikan tinggi di Kota Semarang. Jurusan Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro menjadi kampusnya sejak tahun 2003, tempat ia menuntut ilmu sekaligus mengasah pengalaman dalam sejumlah kegiatan kemahasiswaan yang ia ikuti.  Sarjan muda tercatat pernah aktif di berbagai organisasi kampus dan beberapa kali mewakili kampusnya dalam berbagai kegiatan berskala nasional.

Pada akhir tahun 2006 pria yang merupakan anak pertama dari 3 bersaudara ini mendapatkan kesempatan berharga dalam hidupnya. Ia harus terbang meninggalkan negeri tercinta menuju Negeri paman Sam. “Saya datang ke AS lewat kegiatan pertukaran pelajar pada tahun 2006, waktu itu motivasi saya ingin memperdalam bahasa inggris. Tapi lucunya sampai disini saya malah bertemu dengan teman-teman dari negara lain yang  kebanyakan tidak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa utama,” tuturnya.

Untungnya, di Amerika Sarjan bertemu dengan kerabatnya yang bekerja pada salah satu supermarket makanan organik. Dari pamannya itu lah bakat memasak Sarjan diasah untuk dapat mengolah bahan menjadi menu makanan ala Amerika.

Karena melihat prospek karir yang bagus sebagai chef, Sarjan pun bimbang antara ingin kembali ke negerinya dan meneruskan kuliah ataukah menetap untuk bekerja di Amerika. Tanggung jawabnya sebagai seorang kakak yang harus menyekolahkan adik-adiknya sekaligus memberikan yang terbaik untuk kekuarganya, membuat ia menetapkan pilihan untuk menetap di Amerika untuk bekerja. “Jadi, saya memutuskan untuk berhenti kuliah pada semester tujuh dan fokus untuk ini,” kisahnya.

Karirnya perdanannya diawali dengan bekerja bersama sang paman di Whole Foods Market. Lalu pada tahun 2007 ia diterima sebagai Sushi Chef di salah satu Restoran Jepang yang memiliki 165 cabang di Amerika dan Inggris yang bernama Genji Sushi Bars. Sarjan ditempatkan pada salah satu cabangnya di kota Washington DC.

Tidak terlalu lama untuk pria yang sudah menguasai tiga bahasa asing ini untuk menunjukkan eksistensi dan prestasinya. Dalam waktu kurang lebih dua tahun, Sarjan telah diangkat menjadi  kepala koki sekaligus manager di restoran itu. Bahkan Sarjan yang pada saat itu masih berusia muda pernah  mengisi acara salah satu TV lokal di Washington DC sebagai juru bicara Genji untuk mempromosikan menu sushi ‘ramah lingkungan’nya.

“Waktu itu umur saya 23 tahun, jadi saya merupakan manager termuda di perusahaan itu yang harus mengatur sembilan orang karyawan yang usianya lebih tua,” kata Sarjan.

Kesibukannya sebagai manager dan sushi chef tidak membuatnya merasa berat menjalani aktivitasnya. Justru Chef muda yang bekerja selama 8- 9 jam sehari ini mengaku sangat menikmati profesinya. Bahkan pada bulan Februari 2012 lalu,  Chef  Sarjan telah dipindahtugaskan ke cabang Genji Sushi Bars yang lebih besar di Los Angeles – California dan saat ini memegang 14 pegawai yang melayani 400 pengunjung setiap harinya.

Ditanya tentang bakat dalam memasak, pria yang  ini mengaku tidak memiliki bakat memasak sejak kecil. Bahkan saat kuliah pun, tak pernah sedikit pun ia terpikir akan berkarir sebagai chef. “Tapi kuliah di Teknik Perkapalan bukan berarti harus harus menjadi engineer, jadi chef pun bisa,” ujarnya pasti. [NS/BQ]