Kota Bima, Kahaba.- Ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Kota Bima yang dihelat di Convention Hall Paruga Nae Kamis (20/6/2013) kemarin tiba-tiba ricuh. Orang tua peserta kategori anak-anak melayangkan protes terhadap panitia meloloskan peserta yang dinilai tidak memenuhi syarat dan ketentuan lomba.
MTQ tingkat Kota Bima yang terbilang bukan kegiatan ‘maen-maen’ karena merupakan tempat dilantunankannya ayat-ayat suci Al-Qur’an mendadak kehilangan makna. Sportifitas berkompetisi menyajikan lantunan indah Qalam Ilahi pun tercoreng dengan hadirnya hujatan orang tua peserta terhadap panitia yang dituding tidak adil dalam menjalankan kegiatan.
Itu terjadi lantaran sikap Panitia LPTQ yang meloloskan sejumlah peserta dari luar daerah. Padahal, menurut sejumlah orang tua, Walikota Bima telah tegas berkomitmen tidak boleh ada seorangpun peserta dari luar Kota Bima.
Aksi protes pun berlangsung sekitar 15 menit. Meski sudah dilerai, namun para orang tua peserta dari cabang Tilawah golongan anak-anak itu terus saja meluapkan kekesalannya. Bahkan, saat aksi protes tersebut terjadi, sejumlah Qori’ah terlihat menangis tersedu-sedu karena kecewa melihat suasana tersebut.
Mereka berargumen, terdapat dua orang peserta yakni LN asal Desa Dore Kebupaten Bima. Sejak awal pun, pihaknya protes kepada Panitia tingkat Kecamatan. Namun saat itu Panitia Kecamatan Rasa NaE Barat tak mengindahkannya. Bahkan ke Camat nya pun dilayangkan protes. Namun sama sekali tak di digubris. “Kami heran, ko malah panitia meloloskan anak-anak dari luar daerah untuk menjadi peserta, ketimbang putra daerah sendiri,” tukas Rini, salah seorang ibu yang tak terima.
Akibat sikap panitia, ia sangat kecewa. Apalagi keponakannya Salfa Andelia tak lolos di final karena tersisih oleh peserta dari Kabupaten Bima. Padahal, peserta dari Kabupaten Bima itu tidak masuk dalam kategori anak-anak. LN ditengarai berumur remaja, dimana saat ini tengah duduk pada kelas II SMA, sementara lomba yang dihelat merupakan tingkat anak-anak dengan rentang usia antara 12 tahun hingga 15 tahun.
Sementara itu orang tua peserta lainnya, Sofian, mengaku yang diketahuinya Ln lahir pada tanggal 1 Oktober 1997. Tidak saja Ln, tapi juga Ad, yang diketahui tinggal dan bersekolah di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. “Ln itu sudah remaja, tapi sekarang diikutkan dalam kategori anak-anak, dari luar daerah pula,” katanya.
Sementara itu, Panitia LPTQ H Muhtar MT S.sos yang dikonfirmasi mengenai adanya peserta dari luar daerah dan sudah lewat umur tersebut mengaku tak tahu menahu dan terkesan lepas tangan. Menurut Muhtar, sebab nama-nama peserta yang ikut diserahkan oleh camat. “Semua bentuk seleksi mulai dari persyaratan ijazah, akte kelahiran dan lain-lainnya diserahkan oleh Camat,” katanya. Pihaknya tidak berwenang dalam hal tersebut.
Ditanyai mengenai persyaratan, Muhtar mengatakan sebenarnya mengenai masalah itu sudah dibicarakan dalam Technical Meeting. Namun dari semua kecamatan yang ada, hanya Kecamatan rasa NaE Timur yang menyerahkan. Hingga akhirnya pihaknya memberikan waktu tambahan hingga Senin lalu. Namun hingga sore masing-masing kecamatan belum juga menyerahkan. [BK]