Mataram, Kahaba.- Pemerintah Kota Bima terus menunjukkan komitmennya dalam menurunkan angka stunting. Berbagai strategi dan inovasi lokal digencarkan, sehingga angka stunting menunjukkan penurunan signifikan dalam dua tahun terakhir.

Hal ini disampaikan Wakil Wali Kota Bima Feri Sofiyan, saat memaparkan capaian dan strategi penanganan stunting Kota Bima dalam Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Percepatan Penurunan Stunting se-NTB, yang digelar Rabu, 23 Juli 2025 di Kota Mataram. Kegiatan ini turut dihadiri kepala daerah serta perwakilan seluruh kabupaten/kota se-Provinsi NTB.
Dalam paparannya, Feri yang juga menjabat Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Bima mengungkapkan, berdasarkan data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Kota Bima berhasil ditekan dari 31,8 persen pada 2023 menjadi 28,4 persen di tahun 2024. Sementara itu, menurut EPPGBM, penurunan terjadi dari 11,32 persen menjadi 10,17 persen.
“Penurunan ini adalah buah dari kerja kolektif seluruh unsur. Pemerintah, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, organisasi PKK, hingga lembaga non-pemerintah terlibat aktif. Kami optimis, tren ini terus menurun jika kebersamaan tetap terjaga,” ujar Feri.
Penanganan stunting di Kota Bima difokuskan pada 17 lokasi prioritas, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Wali Kota Bima Nomor 100.3.3.3/828/XII/2024. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada tingginya jumlah kasus bayi stunting di wilayah terkait.
Untuk memperkuat intervensi, Pemkot Bima mengalokasikan anggaran sebesar Rp117.717.609.901. Anggaran itu mencakup 19 program, 23 kegiatan, dan 39 sub-kegiatan yang tersebar di 41 kelurahan, dengan melibatkan 12 perangkat daerah melalui pendekatan konvergensi lintas sektor.
Dalam mendukung percepatan penurunan stunting, Pemkot Bima juga meluncurkan sejumlah inovasi berbasis lokal, di antaranya Kaki Si Intens, Integrasi aplikasi SIFOKER dan pola kolaborasi antar instansi. Kebun Plakat, pemanfaatan halaman kantor untuk budidaya tanaman bergizi, ikan dan unggas.
Gercep Uma Ruka, gerakan cepat pencegahan perkawinan usia anak. Pesaing, program pengelolaan air minum aman untuk mencegah stunting. Rumah Pangan B2SA, pemenuhan gizi seimbang berbasis rumah tangga. Si Cerah (Celengan Darah), gerakan donasi darah komunitas. Besti Stunting, Jumpa Ibu Penting, dan Madu Penting Mas, program kolaboratif yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan tokoh masyarakat.
Feri juga menekankan pentingnya pendekatan berbasis keluarga sebagai strategi kunci, dengan melibatkan PKK, Kejaksaan Negeri Bima, dan BAZNAS Kota Bima.
“Kami tidak hanya fokus pada intervensi fisik dan anggaran, tapi juga membangun kesadaran kolektif melalui edukasi dan inovasi. Ini adalah langkah menyelamatkan generasi masa depan dari risiko stunting,” pungkasnya.












